Wacana Duet Ganjar dan Anies, Pengamat Politik UGM: Cek Ombak 

Angka elektabilitas Ganjar dinilai kalah dibanding Pranowo 

Yogyakarta, IDN Times - Santer wacana duet Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi menilai wacana ini dimunculkan untuk menciptakan skenario alternatif dimana hanya ada dua poros dan cek ombak.

Wacana yang pertama kali dimunculkan fungsionalis atau politisi PDIP, tidak lepas karena mereka memahami ada calon terkuat yang sebenarnya bukan Anies yaitu Prabowo Subianto. Hasil beberapa survei menunjukkan angka elektabilitas antara Ganjar dan Prabowo, dengan hasil beda tipis. Sementara gap dengan Anies itu cukup jauh, yaitu rata-rata 10 persen. 

1. Memunculkan skenario alternatif dua poros

Wacana Duet Ganjar dan Anies, Pengamat Politik UGM: Cek Ombak Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan (IDN Times/AryodamarANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Arya menyebut wacana tersebut muncul adanya kepentingan untuk memotret bagaimana publik melihat duet Ganjar dan Anies. "Nah wacana ini dimunculkan untuk menciptakan skenario alternatif dimana hanya ada dua poros. Poros Ganjar dan Prabowo, pasangannya yang diperdebatkan. Kemudian muncul Anies karena untuk mengecek respon publik. Cek ombak," ujar Arya, Jumat (25/8/2023).

Respon politisi dan masyarakat politik, termasuk lembaga survei beragam. Menurut Arya hingga saat ini tidak ada penolakan yang berarti baik dari kalangan politisi maupun masyarakat.

"Ada potensi ingin mengecek elektabilitas. Apakah mampu mengalahkan Prabowo, karena hasil survei banyak lembaga itu menunjukkan Ganjar masih kalah dengan Prabowo," kata Arya.

2. Ganjar dinilai masih kalah dengan Pranowo

Wacana Duet Ganjar dan Anies, Pengamat Politik UGM: Cek Ombak Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi. (Dok. Istimewa)

Dosen Polik dan Pemerintahan (DPP) UGM itu menyebut, jika skenario tetap tiga poros yaitu Ganjar, Anies dan Prabowo terlepas dari nama cawapresnya, di putaran kedua Ganjar akan head to head dengan Prabowo. Ganjar dalam banyak survei elektabilitasnya, suaranya masih kalah.

"Bahkan gapnya bisa 5-10 persen dengan Prabowo. Satu-satunya alternatif Ganjar untuk mengambil ceruk pemilih di luar nasionalis adalah Anies," terang Arya.

Dijelaskan Arya, Prabowo mampu merawat pemilih yang sudah diperoleh di tahun 2014 dan 2019, dimana kelompok islamis berkumpul di kubunya. "Dia mampu mengakomodir kelompok pemilih nasionalis, karena dia berusaha sedekat mungkin dengan istana dan Jokowi. Kedua, dia mendapatkan limpahan dari suara islamis yang sekarang lebih banyak terakomodasi di Anies," ujar Arya.

Baca Juga: Soal Duet Ganjar Pranowo-Anies, Megawati Belum Putuskan

3. Pilpres akan serupa dengan tahun 2014 dan 2019

Wacana Duet Ganjar dan Anies, Pengamat Politik UGM: Cek Ombak Ilustrasi Pemilu (IDN Times/Arief Rahmat)

Disebut Arya, pemasangan Ganjar dan Anies menjadi salah satu alternatif kocok ulang koalisi untuk menghadapi skenario Pilpres 2024, terlepas dari satu atau dua putaran. "Kalau Ganjar dan Anies dipasangkan, berarti akan hadir Pilpres yang mirip dengan 2014 atau 2019, yaitu dua pasangan," ungkapnya.

Duet Ganjar dan Anies tersebut, akan mengaburkan pilihan sejumlah kelompok. "Itu yang kemudian akan mengaburkan pilih kelompok islamis, karena Ganjar berpasangan dengan Anies," kata Arya.

Baca Juga: Megawati Bantah PDIP Panik dan Hubungan dengan Jokowi Renggang

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya