Solusi Anggota KPAI Cegah Intoleransi di Lingkungan Sekolah

Perlu manajemen pendidikan toleransi

Intinya Sih...

  • Perlu pengembangan model manajemen pendidikan toleransi di sekolah untuk mengatasi intoleransi di kalangan pelajar SMP.
  • Media sosial pada anak sangat berpengaruh, namun keluarga dan sistem pendidikan yang memuat pendidikan toleransi dianggap efektif.
  • Pendidikan toleransi bukan hanya mata pelajaran, tetapi memerlukan manajemen untuk membentuk pemahaman dan budaya toleransi yang butuh waktu lama.

Sleman, IDN Times - Intoleransi masih menjadi salah satu persoalan di dunia pendidikan hingga saat ini. Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini, berpandangan perlu adanya pengembangan model manajemen pendidikan toleransi di sekolah.

"Saat ini kita tahu bagaimana intoleransi muncul, anak-anak muda, kalangan pelajar terutama SMP. Dengan adanya pengembangan model manajemen pendidikan toleransi jadi salah satu solusi," ujar Diyah, usai sidang Promosi Doktor di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Kamis (21/3/2024).

Dalam sidang tersebut Diyah yang menjalani pendidikan di Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi UNY berhasil menuntaskan dan mempertahankan penelitiannya tentang Pengembangan Model Manajemen Pendidikan Toleransi untuk Membangun Akhlak Mulia di Sekolah Menengah Pertama, Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Pengaruh intoleransi dan pentingnya peran sekolah

Solusi Anggota KPAI Cegah Intoleransi di Lingkungan SekolahKomisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Saat disinggung mengenai pengaruh media sosial pada anak saat ini, Diyah menyebut medsos memang menjadi faktor yang sangat berpengaruh. Selain itu, keluarga menjadi tempat pendidikan toleransi paling efektif.

"Kedua sistem pendidikan kita, kalau tidak memuat yang terkait pendidikan toleransi, terus siapa yang akan memberikan pemahaman ini pada generasi muda. Jadi sekolah masih dianggap relevan dan efektif menyebarluaskan pendidikan toleransi," kata Diyah.

2. Manajemen pendidikan toleransi tidak hanya dipandang sebagai mata pelajaran

Solusi Anggota KPAI Cegah Intoleransi di Lingkungan SekolahKomisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Diyah Puspitarini (empat kiri). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Pendidikan toleransi semestinya tidak lagi dipandang suatu hal yang sifatnya seperti mata pelajaran saja, tetapi dengan adanya manajemen pendidikan toleransi, seluruh sistem bisa digerakkan, bisa dibentuk pemahaman toleransi, dan budaya toleransi siwa. Meski begitu, Diyah mengakui hal tersebut butuh waktu yang cukup lama.

"Kalau tidak diterapkan intoleransi tetap ada. Tantangan lain kemauan dari sekolah itu sendiri, apakah mereka siap. Kemudian memang bukan hal mudah, harus lama, butuh waktu membentuk budaya toleransi," ujar Diyah.

Baca Juga: Catatan Akhir Tahun Ombudsman DIY, Pungutan di Sekolah Masih Terjadi 

3. Ketum PP Muhammadiyah apresiasi penelitian tentang toleransi

Solusi Anggota KPAI Cegah Intoleransi di Lingkungan SekolahKetua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir yang juga hadir dalam kesempatan tersebut mengucapkan selamat kepada Diyah. Haedar menilai penelitian yang dilakukan Diyah menjadi hal yang menarik, dan penting.

"Hal menarik kondisi toleransi di sekolah, dari peneltian cukup baik. Perlu ada model pendidikan yang lebih konsen dan isinya dirancang, dibangun," ujar Haedar.

Baca Juga: Cegah Kekerasan Seksual, Forpi Minta Seleksi Guru Bantu Diperketat

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya