Pakar Politik UGM Bicara Peluang Jokowi Duduki Ketum Golkar

Kader Golkar di lingkaran Jokowi dinilai lebih memungkinkan

Intinya Sih...

  • Kader Golkar di lingkaran Jokowi dinilai lebih memungkinkan
    • Arya Budi menilai kemungkinan Presiden Jokowi atau elit Golkar menggantikan posisi Ketua Umum Partai Golkar.
    • Peluang Jokowi menjadi Ketum Golkar kecil karena AD/ART partai, namun peluang masuk jika ada perubahan AD/ART.
    • Orang di lingkaran Jokowi seperti Agus Gumiwang dan Bahlil diprediksi akan masuk sebagai Ketum Golkar.
  • Mundurnya Airlangga Hartarto
    • Mundurnya Airlangga dari posisi Ketum Partai Golkar menjadi kejutan bagi

Yogyakarta, IDN Times - Pakar Politik Universitas Gadjah Mada (UGM), Arya Budi berbicara kemungkinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau elit Golkar yang berada di lingkaran Jokowi menggantikan posisi Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, setelah menyatakan diri mundur dari posisinya. Sebagai partai besar, banyak faksi juga yang ada di tubuh partai Golkar.
 
Diketahui sejumlah nama yang ada di lingkaran Jokowi, santer dikabarkan akan mengisi posisi Ketum Partai Golkar. Seperti halnya Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, dan Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia.

1. Peluang Jokowi mengisi ketua umum Golkar kecil

Pakar Politik UGM Bicara Peluang Jokowi Duduki Ketum GolkarPresiden Joko “Jokowi” Widodo dalam acarameresmikan pabrik bahan anoda baterai litium PT Indonesia BTR New Energy Material di Kabupaten Kendal. (YouTube/Sekretariat Presiden)

Saat disinggung peluang Jokowi mengisi posisi Ketua Umum Golkar nantinya, Arya menyebut peluang tersebut cukup kecil. Pasalnya ada, sejumlah hal yang akan mengganjal Jokowi untuk maju, termasuk AD/ART Partai. “Secara organisatoris sebenarnya untuk jadi Ketum dia harus terekam menjadi pengurus partai, kalau menggunakan AD/ART Golkar yang tidak direvisi,” ujar Dosen Departemen Politik dan Pemerintahan, Senin (12/8/2024).
 
Arya mengatakan jika nanti ada Munaslub, kemudian AD/ART diubah, Jokowi bisa saja masuk. Kemungkinan itu pun dinilainya terbuka, meski kecil. Hal tersebut tidak lepas, karena Partai Golkar, merupakan partai besar, yang memiliki sejumlah tokoh besar juga.
 
“Kecil kemungkinan, meski mungkin, dia harus mengkonsolidasikan seluruh faksi di Golkar, karena senior Golkar kan juga punya kepentingan. Ada Aburizal Bakrie, Agung Laksono, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla. Jokowi juga harus paham peta politik Golkar seperti itu,” ungkap Arya.

2. Orang yang berada di lingkaran Jokowi lebih memungkinkan

Pakar Politik UGM Bicara Peluang Jokowi Duduki Ketum GolkarLambang Partai Golkar (kpu.go.id)

Kemungkinan kedua, orang yang berada di lingkaran Jokowi akan masuk menduduki kursi Ketum Golkar. Terlebih belakangan santer dikabarkan Agus Gumiwang dan Bahlil menjadi sejumlah kandidiat yang akan mengisi posisi tersebut.

“Alternatifnya ya orangnya Jokowi yang ada di Golkar. Kader Golkar yang ada di Kementerian Jokowi. Itu yang paling masuk akal,” kata Arya.
 
Arya juga menyinggung bahwa di Partai Golkar, berbeda dengan sejumlah partai lain yang dapat dikatakan memiliki satu tokoh utama tunggal. Seperti di Partai NasDem ada Surya Paloh, kemudian di Gerindra ada Prabowo Subianto, di PDIP ada Megawati, dan di Partai Demokrat ada SBY.
 
“Pemegang ‘sahamnya’ banyak, sehingga dinamika di Partai menjadi variabel penting. Nah, di sisi lain beberapa kader Golkar berada di kekuasaan, dan bahkan menjadi circle-nya Jokowi misal Luhut, Bahlil dan seterusnya, yang digadang-gadang ingin memberi dinamika di dalam kepemimpinan partai,” ujarnya.

Baca Juga: Golkar DIY Tak Kaget Airlangga Mundur, Klaim Endus Sejak Lama

3. Kemunduran Airlangga terbilang mengejutkan

Pakar Politik UGM Bicara Peluang Jokowi Duduki Ketum GolkarAirlangga Hartarto Ketum Golkar. IDN Times/ Istimewa.

Arya juga mengatakan bahwa mundurnya Airlangga menjadi sebuah kejutan. Kemunduran Airlangga terasa mengagetkan karena, pertama Golkar sedang menikmati keberhasilan di bawah kepemimpinan Airlangga dari hasil Pileg lalu.

“Jumlah kursi bertambah, suaranya naik. Sekarang menjadi 100 lebih,” kata Arya.
 
Terlebih, Partai Golkar berhasil mengantarkan Capres yang diusung yaitu Prabowo Subianto memenangkan Pilpres. Diketahui sebelumnya, ketika mengusung Prabowo mereka gagal. Golkar juga menjadi salah satu partai besar yang mempunyai kader di beberapa provinsi kunci.

“Nah jadi Golkar di bawah Airlangga sedang menikmati electoral success. Dia mundur menjadi sebuah anomali di dalam politik kepartaian di Indonesia," imbuh dia.
 
Secara logika politik, mundurnya Airlangga sebenarnya tidak masuk menurut Arya. Namun, jika ia menganalisis dari pernyataan pengunduran diri Arilangga, ada dua variabel. Pertama, sebelum mundur, bicara kesolidan partai Golkar, yang menjadi variabel internal. Kedua dia mengatakan soal pemerintahan, keberlanjutan dan sebagainya.
 
“Jadi ada terkait pemerintah, bicara eksekutif, presiden, dan sebagainya. Nah, itu yang menjadi alasan, karena menggunakan redaksi berdasarkan, atau melihat, dan seterusnya, sebelum menyatakan mundur. Dua hal ini yang kemungkinan besar menjadi variabel bagi kemunduran Airlangga yang mengejutkan, meski buat dia belum tentu,” ungkap Arya.

Baca Juga: Soal Airlangga Dizalimi, Jusuf Hamka: I Don't Want To Talk Too Much

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya