Pakar Pertanian UGM: Perlu Kurangi Ketergantungan Beras

Pangan gak harus berupa beras

Yogyakarta, IDN Times - Sejumlah masyarakat mengeluhkan tingginya harga beras, hingga terbatasnya stok beras dalam beberapa waktu terakhir. Pakar Pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Taryono menilai saat ini memang perlu alternatif pangan lain.

"Saya akan usul desentralisasi kedaulatan pangan. Pangan tidak harus beras seperti sekarang," ujar Dosen Departemen Budidaya Pertanian UGM itu, Kamis (22/2/2024).

1. Berbagai alternatif pangan bisa jadi pilihan

Pakar Pertanian UGM: Perlu Kurangi Ketergantungan BerasDosen Departemen Budidaya Pertanian UGM, Taryono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Taryono menyebut ketergantungan masyarakat pada nasi saat ini tidak lepas karena politik beras, sejak masa Orde Baru (Orba). Padahal menurut Taryono, setiap wilayah memiliki kekhasan dan potensi pangan masing-masing.

"Di pantura, Jawa Timur sebagai contoh masyarakat masih suka mengkonsumsi jagung. NTT, NTB juga sama. Saya lihat di Merauke, bahkan transmigrannya nanam talas untuk sumber karbohidrat," ujar Taryono.

Tidak hanya itu, Taryono menyebut di pesisir timur Sulawesi, orang juga bisa makan sagu dengan beragam bentuknya. "Kalau desentralisasi, saya pikir daerah lebih bergairah mengembangkan pangan lokal," kata Taryono.

2. Kebutuhan beras dinilai masih bisa dipenuhi

Pakar Pertanian UGM: Perlu Kurangi Ketergantungan BerasPedagang beras di Pasar Kranggan. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Saat disinggung mengenai permasalahan beras saat ini, Taryono menilai saat ini tidak bisa juga dikatakan langka. Permasalahan yang ada dinilai karena masalah musim tanam yang terlambat. "Ya, tidak langka, yang langka kan beras premium yang dapat dihasilkan rice mill besar. Kalau harga sudah lama mahal, (musim) tanam terlambat," jelas Taryono.

Masuknya beras impor, disebut Taryono juga bisa membantu memenuhi kebutuhan beras yang ada. "Beras impor sudah masuk kan. Artinya di gudang masih cukup. Yang berkurang mungkin beras yang beredar yang berasal dari produk petani," ucap Taryono.

Baca Juga: Beras Mahal, Sri Sultan HB X: Warga Lebih Pilih Beras Premium

3. Intensifikasi pertanian bisa membantu pemenuhan

Pakar Pertanian UGM: Perlu Kurangi Ketergantungan BerasIlustrasi sawah yang baru ditanami padi (unsplash.com/photographycoursenet)

Untuk peningkatan produksi dalam negeri sendiri, Taryono menilai harus dengan meningkatkan intensifikasi pertanian yang ramah lingkungan. Meski begitu, diakui Taryono hal tersebut juga tidak mudah, karena sejumlah tantangan.

"Produksi dalam negeri belum optimal. Biaya usaha tani mahal, tenaga kerja sulit, padahal teknologi penggantinya belum siap atau sudah siap tetapi budaya masyarakat belum menerima," ujar Taryono.

Baca Juga: Pemkot Jogja Akan Gelar Pasar Murah, Simak Jadwalnya di Sini

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya