Haedar Nashir Mengaku Tak Tahu Nama Calon Ketua PP Muhammadiyah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Yogyakarta, IDN Times – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyebut dirinya tidak mengetahui nama calon Ketua PP Muhammadiyah yang masuk bursa calon di Muktamar ke-48. Haedar menjelaskan bahwa hal itu merupakan kerahasiaan yang dimiliki oleh panitia pemilihan (Panlih). Bahkan dirinya tidak tahu, namanya masuk atau tidak. Sebab hanya diberikan blanko kesediaan.
1. Mengaku tidak mengetahui nama calon Ketua PP Muhammadiyah
Haedar percaya, siapapun yang duduk di kepemimpinan, Muhammadiyah akan tetap berjalan di atas rel dan garis-garis haluan organisasi yang telah ditetapkan. Dirinya juga percaya para pemegang hak pilih di Muktamar merupakan orang-orang yang arif dalam menentukan pilihan untuk Muhammadiyah.
“Nah yang bersedia itu diseleksi lagi, sejak seleksi itu kita sudah tidak tahu mana yang masuk dan yang tidak, tetapi prinsip di Muhammadiyah itu ketika amanat itu diberikan lewat muktamar, kita tidak boleh menolak. Kita tunaikan dengan baik. tapi jangan sekali-kali kita mengejar amanat, jabatan, itu (prinsip) sudah menjadi darah daging kami,” ujar Haedar jelang Muktamar ke-48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah, Rabu (16/11/2022).
2. Turut menciptakan Pemilu 2024 yang lebih baik
Haedar menambahkan, yang tidak kalah penting setelah Muktamar ke-48 Muhammadiyah adalah menciptakan Pemilu 2024 yang jauh lebih baik dari sebelumnya, dengan menyuarakan hal-hal yang benar, baik dan positif bagi proses Pemilu 2024. Menurutnya, untuk menciptakan prakondisi menuju 2024 yang lebih baik, bisa dengan dibukanya ruang-ruang dialog. “Maka tugas kita lebih berat setelah muktamar, yakni mengawal proses itu agar satu tahun punya waktu menciptakan prakondisi,” katanya.
Baca Juga: Haedar Nashir Ajak Elite Politik Berkunjung ke Museum Muhammadiyah
3. Pandangan tentang calon pemimpin Pemilu 2024
Sementara itu, menyinggung tentang kepemimpinan nasional menjelang tahun politik 2024, Haedar mengatakan bahwa yang dibutuhkan Indonesia bukan karismatik tokoh, melainkan karisma nilai atau value.
Menurutnya dari golongan manapun sosok yang terpilih pada 2024 untuk kepemimpinan nasional, harus menjadi milik rakyat, bangsa dan negara. “Kita harus mengontrol itu, karena jika kepemimpinan berbasis pada primordialisme yang terjadi bukan lagi kepemimpinan kenegarawanan, tetapi kepemimpinan per kauman,” ungkapnya.
Baca Juga: PP Muhammadiyah Perintahkan Cek Kualitas Bangunan Sekolah di Daerah