ARTJOG 2024, Hubungkan Persilangan Waktu Lampau, Hari Ini dan Esok

ARTJOG tampilkan karya 84 seniman

Yogyakarta, IDN Times - ARTJOG tidak hanya hadir sebagai sebuah festival seni kontemporer, juga merupakan perayaan yang mengajak seluruh masyarakat untuk terlibat dalam lebaran seni secara bersama-sama. 

ARTJOG tahun ini hadir dengan tema Motif: Ramalan diselenggarakan pada 28 Juni - 1 September 2024 di Jogja National Museum, menampilkan 48 karya seniman dewasa individu maupun kelompok dari dalam dan luar negeri, terdiri 30 seniman undangan dan 18 seniman panggilan terbuka, serta 36 seniman anak dan remaja yang lolos seleksi.

1. Arti mengangkat tema Ramalan

ARTJOG 2024, Hubungkan Persilangan Waktu Lampau, Hari Ini dan EsokARTJOG 2024. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Direktur ARTJOG, Heri Pemad mengatakan tema Ramalan mencakup pengertian yang cukup luas yang merupakan pola imajiner, menghubungkan persilangan antara waktu lampau, hari ini, dan esok.

Sebagai motif imajiner, pemaknaan atas suatu peristiwa tidak sepenuhnya ditentukan oleh sesuatu yang mendahuluinya, layaknya sebuah hipotesis di dalam bidang keilmuan. Bagi seniman, ramalan adalah imajinasi dan daya prediksi yang menggerakkan kreativitas dalam proses mencipta. "Gagasan tema ramalan ini juga tidak hanya bermaksud untuk memastikan nujum atau ramalan para peramal di masa lalu, akan tetapi, tema ini menawarkan kesempatan bagi kita untuk membayangkan kembali gambaran peristiwa dan harapan menuju hari esok," ujar Heri Pemad, saat pembukaan ARTJOG 2024, di Jogja National Museum, Jumat (28/6/2024).

2. Kolaborasi karya Agus Suwage dan Titarubi hasilkan instalasi interaktif

ARTJOG 2024, Hubungkan Persilangan Waktu Lampau, Hari Ini dan EsokARTJOG 2024. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Tahun ini ARTJOG secara khusus mengundang Agus Suwage dan Titarubi sebagai seniman komisi dengan karya berjudul Suara Keheningan (2024) untuk menghadirkan sebuah gagasan yang saling berkaitan melalui karya instalasi interaktif dengan berbagai dimensi dan media. Karya ini ditampilkan di depan gedung pamer, di dalam bangunan khusus yang di dalamnya terdapat area lobi dan lorong dengan beberapa bilik ruangan.

Agus Suwage menampilkan objek-objek telinga manusia sebagai simbol indera pendengaran yang sangat 'toleran' di ruang sosial kita yang penuh kebisingan. Di sisi lain, hanya melalui indera pendengaran kita dapat menguji pengalaman ketubuhan dan mengalami keheningan. Di ruang yang sama, Titarubi menumbuhkan berbagai jenis padi yang diiringi rekaman doa, pepatah, dan pujian dari kelompok masyarakat adat yang dapat didengarkan di beberapa ruangan, termasuk yang ada di dalam karya Agus Suwage.

Karya ini setidaknya mewakili cara manusia memahami sebuah ramalan, sebagai doa dan harapan terhadap situasi yang diinginkan di masa mendatang. Selain itu, karya ini juga menandai kolaborasi mereka yang terakhir kali dilakukan di Singapore Biennale di Singapura pada tahun 2007.

Baca Juga: ARTJOG 2024: Harga, Cara Beli Tiket, Lokasi, dan Tema

3. Karya kolaborasi Nicholas Saputra Happy Salma, dan (alm) Gunawan Maryanto dari Serat Centhini

ARTJOG 2024, Hubungkan Persilangan Waktu Lampau, Hari Ini dan EsokARTJOG 2024. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Kolaborasi antara Nicholas Saputra, Happy Salma, dan (alm) Gunawan Maryanto, merupakan salah satu yang ada di ARTJOG tahun ini. Menghadirkan sebuah karya alih wahana dari pembacaan Serat Centhini khususnya dalam bagian Empat Puluh Malam dan Satunya Hujan, terjemahan Elizabeth D. Inandiak tahun 2002 dalam Bahasa Perancis yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia tahun 2004) dibagi menjadi 6 babak.

Secara visual, instalasi ranjang dan kelambu dihadirkan melalui kolaborasi dengan Iwan Yusuf. Dalam Serat Centhini asli, dikisahkan bahwa Amongraga dan istrinya, Tambangraras melewatkan empat puluh malam di dalam kamar pengantin tanpa bersetubuh. Empat puluh malam itu mengisi enam pupuh terakhir jilid ke-VI dan empat belas pupuh pertama jilid ke-VII. Melalui karya ini, kita diajak untuk memaknai isi dari percakapan antara Amongraga dan Tambangraras sebagaimana sebuah suluk dipresentasikan kembali di era kontemporer hari ini, seperti halnya memaknai sebuah ‘ramalan’ dari masa lalu.

Sementara itu, Kolektif Menyusur Eko Prawoto menyuguhkan sebuah instalasi bambu berjudul Leng (2008), karya yang menandai (alm) Eko Prawoto di ranah seni rupa. Karya ini terdiri dari susunan bambu yang berada dalam posisi ambang atau di antara, yang memadukan teknik atau praktik ketukangan dan keindahan, mendekatkan kerasnya material dan ungkapan puitis, serta melahirkan kesinambungan antara kedekatan dan jarak. Karya ini juga mencerminkan praktik artistik, cara pandang, pemikiran, dan metode kerja Eko Prawoto dalam persimpangan bidang antara arsitektur, seni, budaya, dan kehidupan. 

 

 

4. Ada program baru yaitu Love ARTJOG

ARTJOG 2024, Hubungkan Persilangan Waktu Lampau, Hari Ini dan EsokARTJOG 2024. (Instagram Artjog)

Selama penyelenggaraan, ARTJOG 2024 - Motif: Ramalan bakal menghadirkan program-program khas pendukungnya, yaitu Young Artist Award, ARTJOG Kids, performa•ARTJOG, Exhibition Tour, Meet the Artist, Merchandise Project, Artcare Indonesia, Jogja Art Weeks, dan terbaru adalah Love ARTJOG.

ARTJOG 2024 - Motif: Ramalan dapat dikunjungi dari pukul 10.00-21.00 WIB dengan harga tiket masuk Rp75 ribu untuk pengunjung dewasa dan Rp50 ribu untuk anak-anak usia 6-16 tahun. 

Baca Juga: Sejarah Gedung Pos Besar Jogja, Sejak Awal Jadi Kantor Surat Menyurat

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya