TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

TBY Bakal Tampilkan Eksperimentasi Tari Manah, Gerak Tenang dan Lambat

Suasana Jogja 1960-an yang lambat jadi inspirasi

Konferensi pers eksperimentasi tari dengan tajuk 'Manah' di TBY, Senin (7/8/2023). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo).

Yogyakarta, IDN Times - Pertunjukan eksperimentasi tari dengan tajuk 'Manah' akan ditampilkan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta (TBY), pada Selasa (8/8/2023) pukul 19.30 WIB. Eksperimentasi ini akan menghadirkan sesuatu yang tidak biasa dari sebuah pertunjukan tari, dan bisa disaksikan masyarakat secara gratis.

Kepala TBY, Purwiati, mengatakan gelaran ini wujud komitmen TBY membuka ruang eksperimen di Jogja. Menurutnya ruang-ruang eksperimen di Jogja saat ini masih kurang. "Kami memberi ruang eksperimen untuk teman-teman," ujar Purwiati saat konferensi pers di TBY, Senin (7/8/2023).

1. Membuka ruang eksperimentasi

Kepala TBY, Purwiati. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Purwiati menyebut TBY juga membuka ruang-ruang untuk bersosialisasi, melahirkan ide dan gagasan. Diharapkan dengan ruang yang terbuka untuk para seniman ini dapat juga memberi manfaat atau dampak kepada khalayak luas.

"Kesempatan ini untuk teman seniman, yang memiliki ide gagasan, yang tidak seperti biasanya. Jika ada ruang lebih luas, tidak selesai dipentas saja. Kegiatan memberi manfaat dan dampak yang baik. Kontribusi positif, tidak hanya pada seni pertunjukan," ungkapnya.

Baca Juga: 10 Ribu Pelajar Putri di Bantul Siap Nari Montro Pecahkan Rekor MURI

2. Menahan emosi tubuh penari

Sutradara pertunjukan eksperimentasi tari dengan tajuk 'Manah', Bimo Wiwohatmo. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Sutradara pertunjukan eksperimentasi tari 'Manah', Bimo Wiwohatmo, menjelaskan eksperimentasi ini lebih pada menahan diri dari keriuhan panggung, menahan untuk tidak berlebih, dan menahan untuk tak terlalu yakin bahwa berjalan ke masa depan adalah keharusan. "Eksperimen kali ini mencoba untuk menahan sebuah emosi tubuh seorang penari. Biasanya penari akan takut untuk diam, ingin selalu bergerak, saya berusaha menahan," ungkap Bimo.

Pengalaman Bimo di Jogja tempo dulu dengan sekarang juga menjadi bekal dirinya menggarap eksperimen ini. Kehidupan Jogja yang tenang dan 'lambat' membawa inspirasi tersendiri. "Mengenal Jogja di tahun 1960-an, ketika itu Jogja  nyaman, tapi memang sehari-hari seperti itu. Tapak kuda terdengar, sekarang jarak berapa meter aja gak denger," ungkapnya.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Pameran Seni Menarik di Jogja, Agustus 2023

Berita Terkini Lainnya