Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kondisi Sejumlah PTS di DIY Megap-Megap, Ada yang Masuk ‘ICU’
Seminar Nasional Menyelamatkan Nasib Perguruan Tinggi Swasta, di Kampus UAJY, Rabu (27/8/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Intinya sih...

  • Peningkatan kualitas PTS perlu dukungan dari berbagai pihak, termasuk kerja sama antara PTN dan PTS.

  • Dorong kolaborasi untuk tingkatkan partisipasi kuliah, karena angka partisipasi pendidikan tinggi masih rendah.

  • Peran besar PTS tidak bisa diabaikan dalam mendidik masyarakat, namun banyak PTS yang kesulitan dan masuk 'ICU'.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sleman, IDN Times – Berbagai persoalan tengah dihadapi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat ini. Hal tersebut terungkap saat Seminar Nasional Menyelamatkan Nasib Perguruan Tinggi Swasta, di Kampus Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY), Rabu (27/8/2025).

Salah satu persoalan yang dihadapi PTS di DIY saat ini kurangnya animo calon mahasiswa untuk berkuliah di PTS. Terlebih Perguruan Tinggi Negeri (PTN) memiliki ruang lebih untuk menjaring mahasiswa. “PTN, PTNBH dianggap kapal keruk, ada yang mengistilahkan pukat harimau, kira-kira yang bisa menghabiskan potensi,” ucap Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah V Yogyakarta, Prof. Setyabudi Indartono.

Prof. Setyabudi mengatakan kondisi PTS di DIY saat ini ada yang sehat dan bisa berlari. Kemudian ada kampus sehat tapi tidak bisa berlari, dan ada juga yang ‘sakit’.

“Ada yang kemungkinan masuk 'ICU', kemarin ada sekitar 6-7 yang kita indikasi masuk 'ICU'. Mudah-mudahan bisa kita selamatkan,” ungkap Prof. Setyabudi.

1. Peningkatan kualitas PTS dan perlu dukungan dari berbagai pihak

Kepala LLDIKTI Wilayah V Yogyakarta, Prof. Setyabudi Indartono. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Prof. Setyabudi mengajak untuk melihat bagaimana kualitas PTS di DIY. Saat ini dari 100 PTS yang ada, baru 9 yang terakreditasi unggul dan ada 180 program studi unggul. Oleh karena itu, ia mengajak untuk meningkatkan kualitas PTS di DIY. Dirinya memberi gambaran jika ada satu parsel dengan berbagai macam buah, tapi buah yang layak dikonsumsi hanya 9 persen. “Kira-kira mau beli gak?, kira-kira seperti itu. Jadi tidak hanya berusaha mencari meningkatkan animo mahasiswa, tapi juga nilai tawar kita,” ucap Prof. Setyabudi.

Ia mengatakan dalam satu kajian, ada dua alasan utama calon mahasiswa memilih DIY sebagai tempat berkuliah. Pertama karena akreditasi prodi dan kedua karena dosennya. “Nah, ini juga menarik. Tidak kemudian berapa SPPnya, bagaimana gedungnya, tapi dilihat dari akreditasi dan dosennya,” kata Prof. Setyabudi.

Prof. Setyabudi juga mengharapkan ada kerja sama antara PTN dan PTS. Ia memberi gambaran semisal calon mahasiswa harus memilih tiga perguran tinggi, setidaknya salah satu yang dipilih adalah PTS. “Harapannya tidak ada mahasiswa yang tidak diterima di Perguruan Tinggi. Di DIY masih memungkinkan,” ucapnya.

Dirinya mengapresiasi apa yang telah dilakukan Pemkab Sleman dengan memberi beasiswa. Termasuk Pemkot Yogyakarta yang berencana memberikan pembiayaan untuk masyarakat berkuliah. “Kolaborasi perlu, tidak hanya dengan Pemda tapi juga industri untuk pembiayaan mahasiswa masuk PTS, akan membuka pintu lebih lebar,” kata Prof. Setyabudi.

2. Dorong kolaborasi tingkatkan partisipasi kuliah

Seminar Nasional Menyelamatkan Nasib Perguruan Tinggi Swasta, di Kampus UAJY, Rabu (27/8/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Direktur Kelembagaan, Ditjen Dikti Kemendikti Saintek RI, Prof. Muhammad Najib mengatakan jika berbicara persaingan tidak hanya persaingan PTN dengan PTS, namun PTS dengan PTS sendiri, dan persaingan lainnya. “Sebenanrya PTS tidak mengalami penurunan yang tajam secara agregat. Itu menunjukkan bahwa, persaingan itu tidak hanya dengan Perguruan Tinggi Negeri, tapi juga Perguruan Tinggi Swasta sendiri,” kata Najib.

Najib lebih mendorong adanya kolaborasi dibanding kompetisi. Peningkatan partisipasi orang dengan usia kuliah harus ditingkatkan. Sampai tahun 2024 angka partisipasi kasar pendidikan tinggi baru 32 persen. “Jauh di bawah Malaysia, Filipina, Thailand. Jauh di bawah negara ASEAN lainnya,” kata Najib.

Najib mengatakan 68 persen anak-anak usia kuliah, namun belum ada kesempatan kuliah tersebut perlu didorong. “Kalau bicara kolaborasi, sama-sama kita bisa menggarap 68 persen. 32 existing oke, ada market masing-masing,” ucapnya.

 

3. Peran besar PTS tidak bisa diabaikan

Seminar Nasional Menyelamatkan Nasib Perguruan Tinggi Swasta, di Kampus UAJY, Rabu (27/8/2025). (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Rektor UAJY, G. Sri Nurhartanto mengungkapkan PTS di DIY ada 100, sementara PTN hanya 5. Dengan begitu dirinya menilai bahwa peran PTS sangat besar untuk mendidik masyarakat. “Ngandalin PTN saya yakin jumlah sarjana gak sampai segini. Yang lebih banyak memintarkan itu swasta,” ucapnya disambut tawa.

Ia mengakui bahwa saat ini pendanaan swasta lebih banyak dari mahasiswa. Melihat kondisi yang ada saat ini, banyak PTS yang harus berjuang. “PTS banyak yang masuk ICU, dimerger atau apa agar tetap survive,” kata Sri Nurhartanto.

Ketua Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (Kafegama) DIY, Bogat Agus Riyono juga mengungkapkan hal yang sama, bahwa PTS sangat penting dalam ekosistem pendidikan. “Sampai kapan pun harus ada (PTS). Saat ini banyak PTS mulai kesulitan,” ucap Bogat.

Dirinya berharap melalui seminar yang diadakan Kafegama DIY ini banyak masukan dan pendapat yang bisa diangkat ke pemerintah. “Supaya tercipta iklim sehat sebagaimana mestinya,” kata Bogat.

 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team