Yogyakarta, IDN Times - Tren gig economy membuat pekerjaan lepas berbasis digital tumbuh subur di Tanah Air. Salah satunya adalah transportasi daring atau ojek online (ojol). Namun, lulusan perguruan tinggi yang menjadi pengemudi ojol juga makin marak. Hal ini menimbulkan pertanyaan terhadap ketenagakerjaan di Indonesia.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Imamudin Yuliadi, mengatakan bahwa pilihan sebagian lulusan perguruan tinggi untuk bekerja sebagai driver ojek online tidak bisa serta-merta dianggap sebagai kegagalan pendidikan tinggi maupun tanda kondisi ekonomi yang memburuk. Menurutnya, banyak sarjana tetap memiliki keinginan berkarier sesuai disiplin ilmu mereka, hanya saja proses menuju pekerjaan tersebut sering memerlukan waktu.
“Menjadi driver ojek online lebih sebagai aktivitas antara atau batu loncatan. Mereka melakukannya sambil menunggu pekerjaan yang sesuai bidangnya,” ucapnya pada Rabu (19/11/2025) dilansir laman resmi UMY.
