Macapat Series: Sinom, salah satu produk Eario - IDN Times/Rijalu Ahimsa
Kebingungan dari mana dirinya bisa mendapatkan ilmu tentang dunia audio serta mendapatkan bahan-bahan untuk memproduksi earphone, tiba-tiba Reza mendapat jalan.
Temannya semasa bekerja di bank yang mengetahui toko aksesori handphone milik Reza sudah tutup menghubunginya, Reza pun bercerita bahwa dirinya ingin memulai memproduksi earphone sendiri namun kesulitan bahan baku.
Beruntung temannya memiliki kenalan yang tinggal di Tiongkok dan bisa membantu Reza menyediakan bahan-bahan pembuat earphone.
Dari hasil mempelajari dunia audio dan spesifikasi bahan baku earphone yang dibantu oleh orang yang ditemuinya saat sedang nongkrong sambil mencoba-coba earphone, Reza mulai memesan bahan baku earphone berupa driver kepada kenalan temannya yang berada di Tiongkok, dari sana dirinya memesan sample sebanyak 25 unit sebagai bahan percobaan untuk membuat earphone sendiri.
Reza mengatakan bahwa dari 25 unit yang dipesan ternyata hanya 22 unit driver yang normal, sedangkan 3 lainnya tidak bisa digunakan.
Baru pertama kali mencoba merakit bahan baku menjadi earphone, Reza merasa kesulitan dan hampir menyerah karena percobaannya tidak kunjung berhasil. Berbagai tawaran pekerjaan pun masuk yang menggodanya untuk kembali bekerja, istri pun sudah mulai mengeluh dengan usaha Reza yang tak kunjung menampakkan hasil. Namun Reza mengatakan dirinya tetap berusaha untuk melanjutkan proyek pembuatan earphone-nya hingga berhasil saat terakhir dirinya mencoba driver yang ke-22.
"Percobaan ketujuh berhasil sampai percobaan kelimabelasan dan yang terakhir itu. Ini tinggal satu (driver), ini kalau gak berhasil aku kerja saja," ucap Reza mengenang perjuangannya.
Dari serangkaian percobaannya, Reza berhasil membuat earphone pertamanya yang kemudian ditunjukkan kepada Carlo Jikustik. Carlo merasa earphone-nya sudah layak jual. Bahkan Carlo berani menghargai earphone buatan Reza sebesar Rp1 juta.
Reza pun kaget karena dirinya sebenarnya hanya ingin menjualnya Rp250 ribu saja. Dari sana dirinya bertekad bahwa brand earphone buatannya ini dibuat untuk support musisi karena awalnya adalah permintaan dari Carlo Jikustik.
"Eario niatnya memang untuk support musisi, soalnya pada saat itu para musisi cari ear monitor (sebutan earphone untuk penggunaan monitor panggung bagi musisi) yang sesuai, harganya pas itu susah karena saat itu rata-rata (merek) Shure itu Rp1,8 juta itu pun yang abal-abal, kalau yang asli Rp4 juta," ucap Reza.
Berbekal penilaian memuaskan dari Carlo, Reza akhirnya memutuskan untuk membuat lagi lebih banyak unit dengan menggunakan tabungannya hingga meminjam uang dari teman dan merilis brand Eario. Hasil jadinya kemudian dia post melalui sebuah grup pencinta audio di Facebook di bulan Maret 2018. Tak disangka produknya diburu hingga habis bahkan ada yang bersedia memesan melalui pre order.
"Rata-rata mayoritas 90 persen (laku) di bawah 1 jam, mentok-mentok 2 jam setelah dirilis," ungkapnya.