Ilustrasi minyak kelapa (unsplash.com/Tijana Drndarski)
Dari 50 butir kelapa yang diolah menjadi minyak klentik, Mbah Tumi bisa mendapatkan lima hingga enam botol ukuran 600 mililiter yang dijualnya Rp 50 ribu. Sedangkan yang berukuran 1,5 liter dijual Rp125 ribu perbotol. Sementara, blondo dijualnya Rp80 ribu per kilogram.
"Pelanggan minyak klentik dari warga terutama pegawai, selain itu banyak penjual bakmi yang membelinya. Sedangkan blondonya biasanya dibeli pedagang gudeg," ujarnya.
Tak hanya untuk memasak, minyak klentik oleh Mbah Tumi juga dikemas dalam plastik kecil-kecil dengan harga Rp8 ribu per kantong. Minyak klentik kemasan ini dititipkan kepada pedagang sayur.
"Pembeli biasanya menggunakan minyak klentik untuk minyak rambut," katanya.
Mbah Tumi mengaku menjual minyak klentik hasil olahannya di Pasar Argosari Wonosari. Ia biasa berangkat berjualan sejak pukul 03.00 WIB.
"Ya kalau beruntung pukul 07.00 WIB sudah habis terjual," ungkapnya.
Lebih jauh, Mbah Tumi mengatakan harga minyak goreng yang sedang tinggi tak terlalu berpengaruh terhadap minyak klentik yang dijualnya. Permintaan biasanya baru akan meningkat saat Idul Fitri, khususnya untuk blondo.
"Ya sekarang lakunya tanggal muda, biasanya pegawai yang beli. Kalau tanggal tua sepi," ungkapnya.