ilustrasi tradisi kenduri (dlingo-bantul.desa.id/Kenduri Rasul Dusun Pokoh sebagai Wujud Syukur)
Di setiap daerah, kenduri memiliki cara dan aturan yang berbed, saalah satunya adalah bentuk berkat. Di beberapa tempat, berkat diberikan dalam wujud sudah dimasak seperti nasi, lauk pauk, aneka kue dan jenang. Sementara daerah lainnya, berupa bahan mentah seperti beras, minyak goreng, mi instan, kopi bubuk, kue kering, dan buah-buahan.
Keberagaman ini mencerminkan falsafah Jawa Desa Mawa Cara, Negara Mawa Tata, artinya setiap daerah punya cara dan aturan masing-masing yang harus dihormati. Ini jadi pedoman masyarakat Jawa, bahwa perbedaan yang masih dalam batas wajar janganlah dipertentangkan hingga muncul konflik, tetapi justru sebagai hal-hal yang memperkaya budaya.
Sikap menerima dan saling menghargai dalam memandang perbedaan ini mampu menciptakan kerukunan. Seperti dijelaskan Franz Magnis Suseno dalam bukunya Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, masyarakat yang berpegang teguh pada semangat kerukunan, maka akan menciptakan suasana damai dan harmonis.
Dengan sikap saling menerima dan menghargai, hubungan antarmasyarakat akan semakin kuat. Adanya perbedaan pelaksanaan kenduri lahbukan sesuatu yang perlu dipersoalkan selama sesuai norma sosial.