Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Photo by Alena Darmel from Pexels

Intinya sih...

  • Attachment style mempengaruhi dinamika hubungan, bukan hanya masalah komunikasi atau emosi.
  • Ada 4 tipe attachment style: Avoidant, Anxious, Disorganized, dan Secure.
  • Tipe attachment style dapat memengaruhi cara bertindak dan bereaksi dalam hubungan.

Pernah nggak sih kamu berada dalam hubungan yang terus berakhir lalu kembali lagi? Rasanya seperti siklus yang nggak ada habisnya, putus karena masalah yang sama, lalu balikan karena rindu. Kalau ini sering terjadi, mungkin masalahnya bukan sekadar komunikasi atau emosi yang menggebu, bisa jadi akar permasalahannya terletak pada attachment style atau gaya keterikatan dalam hubungan.

Attachment style bukan cuma istilah psikologi yang rumit. Ini adalah pola hubungan emosional yang kita bentuk sejak kecil dan terbawa hingga dewasa, termasuk dalam hubungan romantis. Dengan mengenali gaya keterikatan kita sendiri, kita bisa lebih memahami kenapa hubungan sering terasa naik-turun, dan lebih penting lagi, bagaimana cara membenahinya.

Apa Itu Attachment Style?

Photo by RDNE Stock project from Pexels

Attachment style adalah cara seseorang membangun dan mempertahankan hubungan emosional dengan orang lain. Konsep ini pertama kali dikembangkan oleh psikolog John Bowlby dan Mary Ainsworth melalui studi terhadap ikatan antara anak dan pengasuhnya. Namun, teori ini berkembang dan kini digunakan untuk memahami dinamika hubungan orang dewasa, terutama dalam konteks percintaan.

Dilansir American Psychological Association, attachment style adalah cara khas seseorang berhubungan dengan orang lain dalam konteks hubungan dekat, yang sangat dipengaruhi oleh harga diri dan kepercayaan interpersonal. Secara teoritis, tingkat keamanan keterikatan pada orang dewasa terkait langsung dengan seberapa baik mereka terikat dengan orang lain sebagai anak-anak.

Jenis-jenis Attachment Style

Photo by RDNE Stock project from Pexels

Adapun tipe attachment style dikutip dari American Psychological Association di antaranya adalah:

1. Avoidant Attachment

Avoidant attachment merupakan gaya keterikatan yang menggabungkan model internal positif dari keterikatan diri sendiri, yang dicirikan oleh pandangan tentang diri sendiri sebagai seseorang yang kompeten dan layak dicintai. Selain itu, keterikatan ini juga menggabungkan model internal negatif dari keterikatan terhadap orang lain yang dicirkan oleh pandangan seseorang bahwa orang lain tidak dapat dipercaya atau tidak dapat diandalkan.

Ciri-ciri:

  • Sulit mengekspresikan emosi atau membuka diri.
  • Lebih suka menyendiri saat ada masalah.
  • Menghindari pembicaraan tentang masa depan hubungan.

2. Anxious Attachment

Anxious attachment adalah gaya keterikatan yang dicirikan oleh model keterikatan terhadap diri sendiri dan orang lain. Individu dengan gaya keterikatan ini cenderung meragukan kompetensi mereka sendiri dan orang lain.

Ciri-ciri:

  • Sering overthinking saat pasangan tidak membalas pesan.
  • Takut ditinggalkan meski tidak ada alasan jelas.
  • Sering merasa "terlalu cinta" dan terlalu cepat menaruh harapan.


3. Disorganized Attachment

Disorganized attachment adalah gaya keterikatan yang menggabungkan model internal negatif terhadap diri sendiri yang dicirkan oleh keraguan terhadap kompetensi diri sendiri dan model internal positif dari keterikatan terhadap orang lain, yang dicirikan oleh kepercayaan seseorang terhadap kemampuan dan ketergantungan orang lain.

Ciri-ciri:

  • Takut ditinggalkan tapi juga takut terlalu dekat.
  • Hubungan penuh konflik, drama, dan kebingungan emosional.
  • Reaksi emosional yang ekstrem, impulsif, atau kontradiktif. 


4. Secure Attachment

Individu dengan secure attachment cenderung merasa aman dalam hubungan. Mereka mampu mengekspresikan kebutuhan dan emosi tanpa takut ditinggalkan atau menekan pasangannya.

Secure attachment adalah gaya keterikatan yang menggabungkan model internal positif terhadap diri sendiri, yang dicirikan oleh pandangan tentang diri sendiri sebagai seseorang yang layak dicintai dan model internal positif dari keterikatan terhadap orang lain, yang dicirikan oleh pandangan bahwa orang lain pada umumnya menerima dan responsif.

Ciri-ciri:

  • Mampu menjaga hubungan yang stabil dan sehat.
  • Tidak takut intim maupun sendirian.
  • Percaya bahwa dirinya dan pasangannya sama-sama layak dicintai.

Kenapa Attachment Style Bisa Menyebabkan Putus-Nyambung?

Photo by RDNE Stock project from Pexels

Dalam hubungan, attachment style dapat memengaruhi cara kita bertindak dan bereaksi. Jika kamu memiliki attachment yang cemas, kamu mungkin terlalu cepat menganggap pasangan tak peduli, lalu minta putus karena emosi. Tapi setelah itu, kamu merasa bersalah atau kehilangan, lalu ingin kembali. Sebaliknya, jika kamu menghindar, kamu bisa memutuskan hubungan hanya karena merasa terlalu dekat, lalu kembali saat mulai merindukan.

Ketika dua orang dengan gaya keterikatan yang tidak aman terlibat, dinamika hubungan bisa jadi sangat tidak stabil. Misalnya:

Anxious + Avoidant = pasangan saling tarik-ulur: satu minta lebih, satu lagi menjauh.
Disorganized + Anxious = hubungan penuh konflik dan emosi yang intens tapi tidak sehat.

Putus-nyambung bukan sekadar soal cinta yang belum habis, tapi juga bisa jadi tanda ada pola emosional yang belum terselesaikan. Mengenali attachment style bukan berarti menyalahkan diri sendiri, melainkan langkah awal untuk membangun hubungan yang lebih sehat.

Ingat, kamu layak dicintai dengan tenang tanpa harus selalu berjuang melawan luka yang belum sembuh. Dan hubungan yang sehat bukan tentang siapa yang paling sabar atau paling mengejar, tapi tentang dua orang yang mau saling memahami, termasuk memahami luka batin satu sama lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team