Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung Nikah

Ada yang ketemu di LinkedIn juga, lho!

Yogyakarta, IDN Times - Media sosial mengubah cara orang berinteraksi. Kini, berteman seolah tak mengenal batas-batas wilayah. Kita bisa dengan mudah menjalin komunikasi dengan orang-orang berbeda daerah, bahkan hingga negara.

Millennial yang akrab dengan medsos pun menggunakannya untuk mencari jodoh. Kamu mungkin sudah membaca kisah Muhammad Mutawalli, pria asal Jambi yang nekat datang ke Turki demi melamar kekasih yang dikenalnya selama 2,5 tahun. Berawal dari Instagram, mereka akhirnya bertemu dan memutuskan bertunangan.

"Jodoh itu memang bisa bertemu di tempat yang tak terduga," ujar Marta (29), ibu satu anak asal Yogyakarta yang dipertemukan dengan suaminya lewat aplikasi  kencan Tinder, saat diwawancarai IDN Times, 10 Februari 2021 lalu.

Baca Juga: Bukan Cokelat, 12 Ide Kado Valentine Paling Spesial untuk Tiap Zodiak

1. Anti-dating app, malah ketemu jodoh

Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung NikahDok pribadi/Marta

Marta mengisahkan, awalnya dia adalah orang yang sangat anti dengan dating app.

"Aku males dengan short relationship, gak tertarik one night stand (ONS), dan males basa-basi. Aku selalu mengidentikkan dating app dengan orang-orang yang cuma mau have sex," katanya blak-blakan.

Namun, pandangannya mulai berubah ketika ia bertemu dengan temannya semasa SMA yang sama-sama merantau di Jakarta. Menurut sang teman, diri sendiri bisa menjadi filter untuk menyaring lawan jenis yang akan ditemui. "Besoknya ternyata aku udah instal Tinder," kenangnya.

Marta berjumpa dengan suaminya, Bayu (32), pertama kali di Tinder pada Januari 2017. Bayu adalah salah satu dari beberapa pria yang mengirim pesan kepadanya. Awalnya, Marta ogah-ogahan membalas chat-nya karena baginya Bayu tampak seperti tipikal anak ibu kota dengan gaya hidup fancy. Tapi setelah ngobrol, Bayu ternyata lumayan njawani, karena memiliki orangtua asal Solo-Magelang.

Dari chat, mereka lanjut bertemu langsung. Bayu adalah orang pertama dan satu-satunya yang ditemui Marta dari Tinder. Saat ketemu, Marta sudah berencana akan langsung memilih pergi jika obrolannya gak nyambung atau menjurus ke seks. Namun, hal yang dibayangkannya ternyata tak terjadi.

"Kesan pertama ketemu dia, adalah 'definitely my type', karena aku seneng dengan mas-mas berbaju kantoran rapi, tampang intelek dan njawani," ungkapnya sambil tertawa. "Pas ngobrol, kami pun cukup nyambung, aku kan kerja di startup sementara dia kerjaannya di bagian digital strategy gitu."

Singkat cerita, keduanya akhirnya jadian setelah pertemuan kesepuluh, kira-kira 10 minggu setelah pertemuan pertama. Selama itu, mereka sepakat langsung bicara secara mendalam, mendiskusikan dos and don'ts masing-masing dalam hubungan. 

"Biar kalau gak cocok, ya udah langsung putus aja. Gak perlu terlalu lama invest perasaan dan waktu," terangnya.

Akhirnya, setelah hampir setahun menjalin hubungan, Marta dan Bayu bertunangan pada Maret 2018, dan menikah lima bulan setelahnya. Saat ini, mereka tengah menikmati pengalaman menjadi orangtua baru dengan kehadiran seorang anak.

Marta mengaku beruntung. "Padahal aku pesimistis sama orang yang cari jodoh di dating app."

2. Tetap serius meski pacaran beda agama

Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung NikahIlustrasi toleransi agama (IDN Times/Mardya Shakti)

Kisah ketemu pasangan di Tinder juga dialami Wachid Azis (28). Ia mengaku awalnya menginstal Tinder karena kesepian. Teman-temannya sudah lulus ketika ia tengah mengerjakan skripsi. Pria asal Demak, Jawa Tengah, ini pun berniat mencari teman lawan jenis di aplikasi kencan tersebut.

"Pernah dulu ketemu terus diajakin jadi downline MLM (multilevel marketing). Terus (aku) kabur, besoknya aku blok semua kontaknya," kenangnya sambil tertawa.

Pria yang akrab disapa Tebo ini mengaku match dengan perempuan yang kini dipacarinya pada 28 desember 2018. Mereka pun memutuskan ketemu pada 19 Januari 2019. Selama itu, mereka mengaku intens berkomunikasi. "Hampir tiap hari chatting pakai Line," katanya.

Keduanya bertemu di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat, tempat Tebo bekerja saat ini. Sekaligus kota asal sang pacar. Kurang lebih 4 bulan setelah ketemu pertama kali, Tebo dan sang kekasih pun sepakat untuk berkomitmen dan melangkah ke hubungan yang serius. 

"Awalnya, ya mastiin dulu obrolan kita sefrekuensi atau enggak. Terus menjalani banyak hal bersama, kayak jalan jauh bareng, ngelihat bagaimana kedua pihak menangani suatu hal. Karena kami merasa banyak kecocokan, merasa nyaman satu sama lain ya akhirnya kita memutuskan untuk serius," terangnya.

Yang menarik, Tebo dan sang pacar berbeda agama. Ia dan pasangan mengaku memegang konsep "manunggaling kawulo gusti".

"Jadi setiap manusia punya caranya sendiri untuk mencari jalan kepada Tuhannya masing-masing. Kami saling support satu sama lain. Dulu sebelum pandemi aku sering nganter ke gereja tiap minggu. Doi ngingetin salat jumat."

Baca Juga: Jangan Cuma Mencintai Pasangan Apa Adanya, Ini 5 Alasannya!

3. Pacaran tujuh tahun yang berakhir pisah

Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung Nikahilustrasi patah hati (IDN Times/Mardya Shakti)

Hubungan yang berawal dari media sosial gak selalu berakhir indah. Ganis Rumpoko (30), bercerita tentang hubungannya yang bermula dari media sosial Twitter di 2011.

"Awalnya itu saut-sautan aja di Twitter. Kalau gak salah waktu lagi piala Asia apa ya, pokoknya tentang bola, pas timnas lagi main gitu," kata perempuan asal Batu, Jawa Timur ini mengawali percakapan. 

Ternyata, sang kekasih memiliki banyak teman yang sama dengan Ganis di Facebook. Dari situ, mereka pun mulai berbalas pesan dan bertukar PIN Blackberry Messenger.

"Waktu itu gak kepikiran buat hubungan sih, soalnya udah punya pasangan masing-masing. Ketemuan itu soalnya dia ngajakin ikutan futsal sama temen-temennya gitu," ungkap Ganis.

Namun karena pacar sang kekasih saat itu merasa cemburu setelah sekali ketemu, akhirnya mereka sempat putus kontak. "Aku sempet di-unfollow di Twitter."

Setahun kemudian, keduanya kembali bertemu. "Aku udah putus sama cowokku. Eh, liat di FB, dia juga end relationship gitu. Terus aku kasih emot ':(', habis gitu dia PM aku lagi," kenangnya.

Ketika bertemu lagi untuk kedua kali, mereka pun saling curhat soal putusnya hubungan masing-masing. Pertemuan ini berlanjut ke perjumpaan-perjumpaan selanjutnya. "Hampir tiap hari makan siang bareng. Makan malem bareng. Berlanjut malem minggu. Sampai kira-kira sebulanan lah kayak gitu, terus declare kalau pacaran."

Namun setelah 7 tahun menjalin hubungan, Ganis akhirnya berpisah dengan sang kekasih. "Pacaran tujuh tahun gitu, habis gitu putus karena jalannya gak ketemu buat bareng sih," ungkap ibu satu anak ini.

4. Dari LinkedIn ke jenjang serius

Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung NikahDok. Pribadi/Ikma

Siapa sangka jika medsos untuk profesional, LinkedIn, bisa menjadi media untuk ketemu dengan belahan jiwa. Hal ini dialami Aurelia Gizella Ikma Edewelma (26).

Awalnya, Ikma iseng mengirimkan permintaan pertemanan ke sejumlah orang di LinkedIn. Dari sana, akhirnya dia berkenalan dengan Bimo (27), yang akhirnya menjadi calon suaminya. 

"Kenalan bulan April 2019, ketemu di bulan Desember. Jadi awal kenal itu kan dari LinkedIn, lanjut ke WA. Dari situ semakin sering ngobrol, meski sempat berhenti beberapa bulan chat-nya," tutur Ikma. 

Meski tinggal berbeda pulau, Ikma di Semarang sedangkan Bimo di Samarinda waktu itu, tapi keduanya menemukan berbagai kecocokan yang akhirnya membuat mereka makin mantap untuk serius.

Namun, Ikma mengaku awalnya sempat ragu untuk ketemu Bimo, karena di Instagram ia terlihat berandal, berbeda dengan kriteria Ikma yang alim. Namun, setelah ketemu, Ikma ternyata merasakan Bimo sebagai sosok yang hangat, hal yang di luar ekspektasinya.

"Sejauh ini selama sama aku, gak ada dia pernah kasarin, marah-marah, atau ngambek diemin aku, meskipun dia tampilannya gentho (berandalan). Itu pengalaman yang belum pernah aku temui waktu pacaran sama mantan yang sebelumnya, karena yang sebelumnya alim gitu tapi suka marah-marah, suka ngambek," ungkap gadis asal Solo ini.

Kini keduanya menjalani hubungan jarak jauh Semarang–Jambi, dan biasa video call untuk melepas rindu. Sejak awal jadian, mereka memang sudah memutuskan untuk serius. Ikma pun mengungkapkan rencana menikah tahun depan. "Semua dijalanin dan diusahakan sebaik mungkin, sisanya ya biar Tuhan yang mengatur," tutupnya.

5. Filter diri jadi hal penting dalam mencari pasangan di media sosial

Kisah Millennial Cari Jodoh di Medsos: Iseng di Tinder Berujung NikahIlustrasi Tinder. IDN Times

Lebih lanjut, Marta mengungkapkan bagaimana sebaiknya menyikapi dating app, khususnya jika kita bermaksud mencari pasangan serius. 

"Dating app gak selamanya jadi ajak esek-esek atau ketemu cowok gak bener. Tergantung pintar-pintarnya kita ngefilter diri," katanya. "Meskipun cowok baik-baik yang serius di dating app mungkin satu banding ratusan."

Menurutnya, kita perlu mengenali diri sendiri untuk membentuk filter itu. "Pertama, aku orangnya baperan, jadi aku tau bahwa opsi casual sex gak cocok buatku," Marta mencontohkan.

Kedua, kita perlu mengetahui tujuan memakai dating app atau media sosial. Cari partner yang tujuannya sama. Selain itu, menjaga diri tetap skeptis dan kritis terhadap partner chat sejak awal juga gak kalah penting.

"Screening partner chat. Kira-kira value dia sesuai value kita gak. Kan keliatan tuh dari ngobrol-ngobrolnya. Kroscek background-nya di Google, kali aja ada circle yg berpotongan," pungkasnya.

Baca Juga: Daripada Ngotot, 5 Zodiak Ini Lebih Suka Mengalah pada Pasangan

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya