ilustrasi pasangan pengantin (pexels.com/Sili Ontheway)
Memilih pasangan hidup bukan hanya soal perasaan, juga pertimbangan beragam aspek lain demi masa depan rumah tangganya. Bibit, bebet, bobot adalah konsep yang jadi pedoman masyarakat Jawa saat memantapkan hati menikah dengan seseorang.
Terdapat tiga kriteria yang diperhatikan sebelum memutuskan menikah. Dikutip jurnal “Pemilihan Pasangan Pernikahan Berdasarkan Weton (Studi Fenomenologi Nilai Bimbingan dan Konseling pada Tradisi Masyarakat di Desa Sepande Sidoarjo)” karya Cholil, dkk. Berikut arti bibit, bebet, dan bobot pemilihan pasangan:
- Bibit, penentuan terkait keturunan dan latar belakang keluarga
Bibit artinya keturunan, dalam konteks pernikahan ini merujuk pada latar belakang keluarga calon pasangan, termasuk aspek kesehatan, sifat, hingga fisik. Aspek keturunan dianggap punya pengaruh terhadap kepribadian seseorang sehingga berpengaruh juga terhadap jalan hidup rumah tangga pengantin. Oleh karena itu, riwayat keluarga calon pasangan perlu diketahui secara jelas, apakah calon pasangan berasal dari keluarga yang baik secara jasmani dan rohani, serta memiliki sifat dan perilaku positif.
- Bebet, penentuan terkait status sosial, pendidikan, tampilan, hingga akhlaknya
Bebet merujuk pada hal-hal seperti status sosial calon pasangan meliputi pendidikannya, perilakunya dalam keseharian di masyarakat dan lingkungan lainnya, serta mengenai akhlaknya. Seseorang yang berbudi baik akan dihormati sekitarnya, dan punya kemampuan untuk membina rumah tangga harmonis sejahtera. Tingkat pendidikannya juga menjadi pedoman memilih pasangan yang sepadan denganmu, pola pikir yang saling mendukung, cara mendidik anak-anak, hingga cara menjalani kehidupan sosial keluarga setelah menikah.
- Bobot, penentuan berdasarkan kualitas dan kemandirian finansial
Bobot berkaitan dengan kondisi perekonomian seseorang. Ini juga berhubungan dengan profesi yang dijalaninya. Rumah tangga bahagia juga berhubungan dengan kestabilan keuangan, maka pedoman ini jangan dilewatkan. Bukan berarti memandang materi berlebih, namun pilihlah pasangan yang sudah stabil perekonomiannya.
Sosok yang sudah mempunyai pekerjaan tetap, akan dinilai mampu bertanggung jawab terhadap keluarga. Perihal finansial juga perlu dibicarakan sejak awal, saling jujur dan terbuka agar bisa mendapatkan pasangan yang ideal. Pasangan yang bisa saling menerima dan mendukung perekonomian keluarga ketika membina kehidupan pernikahan.