Marta mengisahkan, awalnya dia adalah orang yang sangat anti dengan dating app.
"Aku males dengan short relationship, gak tertarik one night stand (ONS), dan males basa-basi. Aku selalu mengidentikkan dating app dengan orang-orang yang cuma mau have sex," katanya blak-blakan.
Namun, pandangannya mulai berubah ketika ia bertemu dengan temannya semasa SMA yang sama-sama merantau di Jakarta. Menurut sang teman, diri sendiri bisa menjadi filter untuk menyaring lawan jenis yang akan ditemui. "Besoknya ternyata aku udah instal Tinder," kenangnya.
Marta berjumpa dengan suaminya, Bayu (32), pertama kali di Tinder pada Januari 2017. Bayu adalah salah satu dari beberapa pria yang mengirim pesan kepadanya. Awalnya, Marta ogah-ogahan membalas chat-nya karena baginya Bayu tampak seperti tipikal anak ibu kota dengan gaya hidup fancy. Tapi setelah ngobrol, Bayu ternyata lumayan njawani, karena memiliki orangtua asal Solo-Magelang.
Dari chat, mereka lanjut bertemu langsung. Bayu adalah orang pertama dan satu-satunya yang ditemui Marta dari Tinder. Saat ketemu, Marta sudah berencana akan langsung memilih pergi jika obrolannya gak nyambung atau menjurus ke seks. Namun, hal yang dibayangkannya ternyata tak terjadi.
"Kesan pertama ketemu dia, adalah 'definitely my type', karena aku seneng dengan mas-mas berbaju kantoran rapi, tampang intelek dan njawani," ungkapnya sambil tertawa. "Pas ngobrol, kami pun cukup nyambung, aku kan kerja di startup sementara dia kerjaannya di bagian digital strategy gitu."
Singkat cerita, keduanya akhirnya jadian setelah pertemuan kesepuluh, kira-kira 10 minggu setelah pertemuan pertama. Selama itu, mereka sepakat langsung bicara secara mendalam, mendiskusikan dos and don'ts masing-masing dalam hubungan.
"Biar kalau gak cocok, ya udah langsung putus aja. Gak perlu terlalu lama invest perasaan dan waktu," terangnya.
Akhirnya, setelah hampir setahun menjalin hubungan, Marta dan Bayu bertunangan pada Maret 2018, dan menikah lima bulan setelahnya. Saat ini, mereka tengah menikmati pengalaman menjadi orangtua baru dengan kehadiran seorang anak.
Marta mengaku beruntung. "Padahal aku pesimistis sama orang yang cari jodoh di dating app."