ilustrasi menilai pasangan hanya berdasarkan sisi positif (pexels.com/Andrea Piacquadio)
Fenomena psikologi yang disebut halo effect turut memengaruhi cara kamu memandang pasangan. Halo effect merujuk pada kecenderungan seseorang untuk membuat penilaian secara keseluruhan tentang individu lain berdasarkan satu atribut positif yang mereka miliki. Misalnya, jika pasanganmu terlihat menarik, kamu mungkin secara otomatis menganggap mereka baik hati, cerdas, atau setia, meskipun belum tentu benar.
Menurut Daniel Kahneman, pemenang Nobel di bidang ekonomi perilaku, halo effect sering terjadi karena otak kita cenderung mencari pola sederhana untuk menilai orang lain. Dalam konteks cinta, efek ini membuat pasanganmu tampak lebih ideal daripada kenyataannya.
Namun, halo effect juga memiliki sisi negatif. Jika kamu terlalu mengandalkan persepsi awal, kamu bisa mengabaikan tanda bahaya yang muncul di kemudian hari. Oleh karena itu, penting untuk mengenal pasangan secara mendalam sebelum mengambil keputusan besar.
Cinta adalah pengalaman kompleks yang melibatkan emosi, hormon, dan cara kerja otak. Ungkapan “cinta itu buta” memang benar adanya, tetapi bukan berarti kamu harus menyerah pada kebutaan ini. Dengan memahami mekanisme di baliknya, kamu bisa menjaga keseimbangan antara perasaan dan logika dalam hubungan.
Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling mendukung satu sama lain dengan tetap berpijak pada kenyataan. Jadi, nikmati perasaan bahagia saat jatuh cinta, tapi jangan lupa untuk tetap membuka mata dan hati. Karena, cinta yang terbaik adalah yang membuat kamu tumbuh, bukan yang membuatmu hilang arah.