Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Cara Pasangan Menjaga Keseimbangan dari Ketimpangan Kondisi Finansial

ilustrasi pasangan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)
Intinya sih...
  • Komunikasi terbuka soal keuangan sejak awal hubungan untuk mencari titik tengah dan mencegah kesalahpahaman.
  • Jangan ukur nilai diri dari jumlah penghasilan, saling menghargai peran non-finansial dalam hubungan.
  • Buat aturan finansial yang disepakati bersama untuk menjaga keseimbangan dan rasa adil dalam hubungan.

Ketika menjalin hubungan, salah satu tantangan yang cukup sensitif adalah perbedaan kondisi finansial antara pasangan. Situasi di mana salah satu jauh lebih kaya bisa membuat ketimpangan kekuasaan atau power imbalance dalam hubungan. Gak cuma soal uang, tetapi juga menyangkut rasa percaya diri, rasa dihargai, dan perasaan setara dalam mengambil keputusan. Kalau dibiarkan tanpa disadari, hubungan seperti ini bisa menciptakan jarak emosional dan ketegangan jangka panjang.

Power imbalance karena ketimpangan finansial bisa hadir dalam bentuk yang halus, misalnya salah satu merasa harus selalu mengikuti gaya hidup pasangannya yang lebih mapan, atau merasa bersalah ketika gak bisa memberi kontribusi finansial yang setara. Sebaliknya, pasangan yang lebih unggul secara finansial bisa tanpa sengaja jadi lebih dominan dalam membuat keputusan. Tapi semua ini sebenarnya bisa dihindari dengan komunikasi terbuka, empati, dan kesepakatan yang jelas. Berikut lima cara yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan dan menghargai satu sama lain meskipun kondisi keuangan berbeda jauh.

1. Bangun komunikasi soal finansial sejak awal

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Hal pertama yang penting dilakukan adalah membangun komunikasi terbuka soal keuangan sejak awal hubungan. Jangan hanya bicara soal pengeluaran bersama, tapi juga tentang ekspektasi, kekhawatiran, dan batas kenyamanan masing-masing. Dengan begitu, keduanya bisa saling memahami posisi dan merasa lebih setara, meskipun kondisi ekonominya gak sama.

Komunikasi ini bukan tentang saling menyalahkan atau membandingkan siapa yang punya lebih banyak. Fokus utamanya adalah mencari titik tengah agar gak ada yang merasa mendominasi atau didominasi. Keterbukaan juga membantu mencegah kesalahpahaman atau asumsi sepihak yang bisa merusak kepercayaan. Intinya, makin terbuka pembicaraan soal uang, makin kuat pondasi kepercayaan dalam hubungan.

2. Jangan ukur nilai diri dari jumlah penghasilan

ilustrasi pasangan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Perbedaan penghasilan gak seharusnya membuat salah satu pihak merasa lebih rendah atau lebih tinggi. Nilai seseorang dalam hubungan gak diukur dari seberapa besar gaji atau aset yang dimiliki. Kalau salah satu mulai merasa inferior hanya karena penghasilannya lebih kecil, itu bisa menggerogoti rasa percaya diri dan memperlebar jarak emosional.

Sebaliknya, pasangan yang lebih kaya juga perlu menyadari bahwa keuangan bukan satu-satunya kontribusi dalam hubungan. Memberi dukungan emosional, menjaga komunikasi, dan hadir secara konsisten juga punya nilai yang sama penting. Dengan saling menghargai peran masing-masing, hubungan jadi lebih sehat dan terhindar dari ketimpangan kuasa.

3. Buat aturan finansial yang disepakati bersama

ilustrasi pasangan (freepik.com/freepik)

Agar hubungan tetap seimbang, penting untuk membuat aturan finansial bersama yang disepakati kedua belah pihak. Misalnya, siapa yang menanggung pengeluaran apa, bagaimana pembagian biaya sehari-hari, atau siapa yang memegang kendali keuangan bersama. Kesepakatan ini bukan soal keadilan angka, tapi soal rasa adil dan nyaman bagi kedua belah pihak.

Aturan yang dibuat juga harus fleksibel dan bisa berubah sesuai kondisi. Misalnya, saat salah satu belum punya penghasilan tetap, porsi kontribusi bisa disesuaikan. Yang penting, semua keputusan dibuat bersama, tanpa tekanan atau dominasi. Hal ini akan memperkuat rasa tanggung jawab bersama dan menjaga kepercayaan dalam jangka panjang.

4. Jangan gunakan uang sebagai alat kontrol

ilustrasi pasangan (freepik.com/prostooleh)
ilustrasi pasangan (freepik.com/prostooleh)

Dalam hubungan yang sehat, uang gak boleh digunakan sebagai alat untuk mengendalikan pasangan. Memberi bantuan finansial boleh saja, tapi kalau disertai dengan tuntutan, manipulasi, atau kontrol, itu bisa berubah jadi kekuasaan yang menekan. Hal ini bisa membuat pasangan yang secara finansial lebih lemah merasa gak bebas mengambil keputusan sendiri.

Pasangan yang lebih kaya perlu menjaga sikap agar gak terlihat memaksakan kehendak hanya karena merasa “lebih berjasa.” Begitu juga sebaliknya, pasangan yang lebih lemah finansial gak boleh merasa hutang budi berlebihan sampai kehilangan kendali atas dirinya. Hubungan ideal harus tetap memprioritaskan kesetaraan dan saling menghormati.

5. Hargai kontribusi non-finansial

ilustrasi pasangan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Kontribusi dalam hubungan gak selalu harus dalam bentuk materi. Merawat rumah, mendukung secara emosional, atau mengatur logistik sehari-hari juga punya nilai besar. Menghargai kontribusi non-finansial membantu menjaga keseimbangan kekuasaan, karena masing-masing merasa punya peran yang penting dalam hubungan.

Kalau hanya kontribusi materi yang dianggap penting, pasangan yang lebih lemah finansial bisa merasa gak cukup atau merasa tak berguna. Padahal hubungan yang kuat dibangun dari banyak aspek, bukan hanya uang, tapi juga cinta, perhatian, dan usaha bersama. Pengakuan atas kontribusi non-finansial bisa jadi penguat yang sangat berarti.

Menghindari power imbalance karena salah satu lebih kaya memang gak mudah, tapi sangat mungkin dilakukan. Kuncinya ada pada komunikasi, kesepakatan, dan saling menghargai peran satu sama lain. Hubungan yang sehat selalu mengedepankan kesetaraan, apapun kondisi finansial masing-masing pihak.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us