Ilustrasi berbincang dengan rekan kerja (Pexels.com/RDNE Stock project)
Mereka pandai banget bermain peran sebagai korban. Kadang mereka bikin cerita sedih, seolah-olah mereka selalu disakiti, gak pernah dimengerti, atau jadi sasaran. Tujuannya? Supaya orang-orang berpihak ke mereka tanpa memeriksa fakta sebenarnya. Dan ketika semua orang udah simpati, baru deh mereka lempar tudingan halus ke orang yang mereka gak suka.
Orang bermuka dua ini tahu banget cara mengontrol emosi orang lain. Mereka tahu kapan harus kelihatan lemah, kapan harus bersikap bijak, dan kapan harus memainkan drama. Dan karena banyak orang gak sadar, mereka jadi percaya sama cerita versi si “korban palsu” ini. Padahal bisa jadi, yang dituduh jahat justru sebenarnya yang paling jujur. Ironis banget, kan?
Orang bermuka dua memang gak selalu mudah dikenali, apalagi kebanyakan dari mereka pinter banget menyembunyikan niat dan cara mainnya lun super halus. Makanya penting banget untuk aware, mulai dari cara mereka menggiring opini, sampai ke pola interaksi mereka dengan orang di sekitar. Kamu juga jangan gampang percaya sama orang yang terlalu manis, apalagi yang suka ngomongin orang lain di belakang. Bisa jadi, kamu yang akan jadi target mereka berikutnya. Jadi, jaga jarak yang sehat, tetap rasional, dan jangan lupa percaya sama insting kamu sendiri. Kadang, firasat jarang melesat.