Menjalani hubungan pernikahan memang tak selalu berjalan mulus. Terkadang ada saja hambatan yang membuat salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk menyerah.
Jika dilihat dari sisi perempuan, ada beberapa alasan yang membuat perempuan lebih memilih bercerai dari suaminya dibanding harus mempertahankan rumah tangganya. Berikut lima di antaranya.
Harapan seseorang saat menikah adalah untuk hidup bahagia bersama pasangan yang dicintai. Walau terkadang kenyataan tak selamanya sesuai dengan harapan.
Ketika merasa tersakiti sebagian besar kaum perempuan masih sanggup bertahan dengan sikap suaminya. Namun ketika ia disakiti berkali-kali mungkin pertahanannya bisa runtuh, sehingga ia memilih bercerai meninggalkan suaminya. Istri merasa sudah tidak ada harapan hidup bahagia bersama suaminya karena terlalu sering disakiti baik secara fisik maupun psikis.
Sudah sewajarnya seorang istri mendapatkan nafkah dari suaminya setelah menikah. Apalagi setelah mempunyai anak, banyak istri yang tak bisa lagi bekerja karena harus menjaga anak-anaknya. Mereka tentu mengandalkan nafkah dari suaminya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pada kenyataannya banyak istri yang justru tidak mendapatkan nafkah dari suami. Akhirnya istri yang harus berjuang sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kondisi seperti ini banyak para istri yang lebih memilih bercerai dari suaminya.
Gangguan rumah tangga berikutnya bisa datang dari pihak keluarga suami yang terlalu ikut campur. Misalnya dari saudara ipar atau mertua yang selalu ingin tahu tentang rumah tangga anaknya dan selalu ambil bagian yang seharusnya tidak perlu.
Rumah tangga yang banyak mendapat gangguan dari keluarga suami tentu membuat pihak istri merasa tidak nyaman. Jika pihak keluarga suami terus-menerus mencampuri urusan rumah tangga, bukan tidak mungkin istri akan lebih memilih untuk bercerai dari suaminya.
Dalam sebuah hubungan pernikahan, saling memberikan ruang pada pasangan adalah hal yang penting. Hal ini agar pasangan tidak kehilangan jati dirinya dan tetap bisa menjalani kehidupannya dengan baik walaupun sudah memiliki pasangan.
Namun banyak suami yang justru merasa memiliki hak untuk mengontrol penuh istrinya. Suami akan membatasi ruang gerak istri dengan memberinya banyak aturan yang membuat istri merasa terkekang. Hal ini tentu dapat memberikan tekanan pada diri istri. Ketika sudah tidak kuat dengan perilaku suami yang terlalu mengekang biasanya istri lebih memilih bercerai dari pada hidup dalam kontrol penuh suami.
Sebagai perempuan biasanya sangat mudah untuk memaafkan kesalahan orang yang dicintanya. Seorang istri biasanya akan selalu memaafkan kesalahan suaminya asalkan kesalahan tersebut tidak sampai melanggar prinsip pernikahan yang dijalani.
Namun sebagai manusia seorang istri juga memiliki batas di mana ia tak dapat memaafkan kesalahan suaminya. Hal ini karena kesalahan tersebut dianggap sangat fatal sehingga banyak istri lebih memilih berpisah. Kesalahan fatal tersebut misalnya saat suami melakukan perselingkuhan dan saat suami sudah mulai melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga).
Menjaga hubungan pernikahan agar bisa langgeng memang bukan hal yang mudah. Banyak hal yang tak terduga yang justru menyebabkan banyak pasangan lebih memilih berpisah daripada bertahan.