Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta menabuh perangkat gamelan Kyai Guntur Madu di Pagongan Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Rabu (8/1/14) (dok. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Prosesi Sekaten sendiri terhitung mulai dari tahap persiapan seperti poin sebelumnya. Setelah semua kebutuhan terpenuhi, ada empat tahap lagi yang harus dilakukan, yaitu:
1. Pembunyian Gamelan
Pada tahap kedua ini, gamelan Sekaten mulai dibunyikan di dalam Keraton pada tanggal 6 mulud, di Bangsal Ponconiti. Gamelan ini dibunyikan di malam hari, mulai dari pukul 19.00 hingga 23.00 WIB.
2. Pemindahan Gamelan
Selanjutnya, pada tahap ketiga, bunyi gamelan Sekaten akan dipindahkan, dan gamelan tersebut harus sudah berhenti tepat pada pukul 23.00 WIB. Gamelan Sekaten nantinya akan dipindahkan ke halaman Masjid Besar dengan iring-iringan yang dikawal oleh para prajurit Keraton.
3. Sri Sultan Hadir di Masjid Besar
Pada tahap keempat, sultan dari Keraton akan menuju masjid besar dengan kendaraan, sambil diiringi para pangeran dan kerabat Keraton. Hal ini terjadi pada malam ketujuh, tepatnya pada tanggal 11 atau 12 mulud malam.
Pada saat itu juga, riwayat nabi Muhammad SAW dibacakan dan selesai pada pukul 24.00 WIB. Selanjutnya akan ada penyebaran udhik-udhik yang dilakukan oleh Sultan dan diakhiri dengan doa yang dibacakan oleh Kangjeng Raden Penghulu. Setelah selesai, Sultan pun kembali lagi ke dalam Keraton.
4. Kondur Gongso
Tahap terakhir Sekaten adalah Kondur Gongso atau pemboyongan gamelan Sekaten kembali ke dalam Keraton setelah Sultan meninggalkan masjid. Dalam peristiwa ini, gamelan dikawal oleh dua pasukan Abdi Dalem prajurit pada tanggal 11 mulud, pukul 24.00 WIB.