7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkungan

Reboisasi bernilai sedekah, lho!

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin, menyerukan kepada umatnya untuk mengelola alam dan lingkungan sekitar. Sebagaimana dalam firman Allah SWT, larangan untuk merusak bumi terkandung dalam surat Al-A’raf ayat 56 berikut ini:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi ini, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”

Ajaran Islam melalui beberapa ayat Al-Qur’an maupun hadis menyampaikan pesan mulia tentang pemeliharaan lingkungan sebagai anjuran dan pengingat kepada manusia agar tidak semena-mena merusaknya.

1. Sadar akan tanggung jawab sebagai khalifah di bumi

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi orang yang peduli alam sekitar (pexels.com/Tiana)

Adanya rasa tanggung jawab mengikat kewajiban manusia supaya tidak memperlakukan alam dan lingkungan dengan sesuka hati. Terlebih, dalam ajaran Islam, manusia diposisikan sebagai khalifah yang memikul tanggung jawab untuk berperilaku baik terhadap lingkungan di sekitarnya. 

Memainkan peran sebagai khalifah bukan semata-mata mengimplikasikan bahwa manusia sebagai penguasa alam. Akan tetapi, hanya sebagai penerima mandat dari Allah SWT untuk mengelola alam jagat raya ini. 

Sebab, tanpa bantuan dan anugerah-Nya, mustahil manusia bisa leluasa memanfaatkan kekayaan alam yang tersebar luas di hamparan bumi. 

"Allahlah yang telah menciptakan langit dan bumi, menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Dia juga telah menundukkan kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya. Dia pun telah menundukkan sungai-sungai bagimu."  (QS. Ibrahim: 32).

2. Tidak membenarkan sudut pandang antoroposentris

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli LingkunganIlustrasi perempuan dan lingkungan hidup. (pexels.com/Trisna Rizal)

Sudut pandang antroposentris atau memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta, sementara alam dipandang sebagai objek yang hanya dapat dieksploitasi semata merupakan salah satu perspektif yang bertentangan dengan ajaran Islam. Larangan itu terdapat dalam surat Ar-Rum ayat 41.

“Telah tampak terjadi kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”

Merunut pandangan Islam, dijelaskan bahwa manusia dengan lingkungan mempunyai ketergantungan yang begitu erat. Manusia sebagai pelaku utama terjadinya eksploitasi besar-besaran, seharusnya menyadari bahwa posisi manusia di bumi sebagai wakil Allah memiliki tanggung jawab untuk mengelola bumi dengan sebaik-baiknya. 

3. Islam menganut kebersihan sebagian dari iman

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi seorang pria sedang berkebun (unsplash.com/Zoe Scaeffer)

Tidak sempurna iman seorang, apabila jika tidak peduli dengan lingkungan. Sebagaimana Rasulullah bersabda: “Kebersihan adalah sebagian dari iman.” (HR. Muslim).

Tingkat keimanan seseorang tidak hanya dihitung berdasarkan pada banyaknya ritual ibadah, melainkan juga mengedepankan komitmen untuk menjaga dan membersihkan lingkungan yang merupakan salah satu hal fundamental dalam keimanan seseorang muslim. 

Baca Juga: 5 Tips Zero Waste ketika Berbelanja, Bantu Kurangi Sampah

4. Reboisasi bernilai sedekah!

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi reboisasi (pexels.com/Gary Barnes)

Salah satu amalan saleh yang bisa dilakukan untuk menjaga keseimbangan lingkungan adalah dengan melakukan penghijauan atau reboisasi. Sebab, kegiatan positif tersebut dapat memberikan akses kemudahan bagi setiap makhluk hidup. Hasil penanaman dan pemeliharaan pohon pun dapat menghasilkan oksigen, menyerap karbon dioksida, menyaring debu, hingga menjaga kestabilan tanah.

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang Muslim menanam pohon atau sebuah tanaman kemudian dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan ia akan mendapat pahala sedekah.” (HR. Bukhari). 

5. Keseimbangan alam baik itu baik untuk semua makhluk

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi anak dan kakek yang sedang berkebun (unsplash.com/CDC)

Berbeda dengan sudut antroposentris, hadd al-Kifayah menuntun manusia untuk menerapkan standar kebutuhan yang layak atau tidak serakah dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA).

Manusia didorong untuk tidak mengeksplorasi SDA secara berlebihan. Namun di sisi lain, manusia harus mengutamakan aspek keberlanjutan kehidupan, kelestarian alam, dan keseimbangan ekosistem sesuai dengan makna filosofis hadd al-Kifayah. 

6. Mengelola lahan kosong

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi seorang pria sedang menanam (unsplash.com/Jed Owen)

Sering kali, kita membiarkan lahan kosong di sekitar rumah hingga tampak menjadi tidak terawat. Seharusnya kita bisa mengolah dan menciptakan sebuah lahan yang bisa ditanami oleh berbagai tanaman obat, tanaman hias, atau tanaman sayur dan buah.

Sebab hal itu, bersesuaian dengan syariat dalam rangka memakmurkan bumi untuk kepentingan kemaslahatan atau dikenal istilah ihya al-mawaat. Anjuran tersebut menuntun setiap muslim untuk mengelola lahan kosong yang terlantar hingga menjadi sebuah area penghijauan lingkungan di sekitar area tempat tinggalnya. 

Dalam suatu riwayat, Abu Darda bercerita, bahwasannya ia menjelaskan Rasulullah bercocok tanam dan menanam pepohonan untuk mengubah tanah tandus menjadi kebun yang subur. Selain bertujuan untuk memakmurkan bumi, ihya al-mawaat juga berpotensi mendatangkan pahala besar. 

6. Akhlak lingkungan menuntun manusia untuk menjaga bumi dan bersyukur atas karunia yang diberikan oleh-Nya

7 Pesan Mulia dalam Islam Ajarkan Manusia Peduli Lingkunganilustrasi orang yang peduli lingkungan (pexels.com/mododeolhar)

“Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat. Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami jelaskan berulang kali tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Araf: 57-58).

Ayat Al-Qur'an di atas dapat dijadikan sebagai bahan renungan untuk meningkatkan rasa kepedulian sekaligus memupuk rasa syukur atas terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya. Hal itu selaras dengan tujuan penciptaan akhlak lingkungan di dalam Islam yang digunakan sebagai panduan bagi umat untuk mengembangkan hubungan eratnya dengan alam.

Akhlak lingkungan senantiasa berusaha menjadikan alam agar tidak mudah dieksplorasi, melainkan menyadari bahwa manusia memiliki kesetaraan dengan sesama makhluk lainnya, sehingga keberadaan alam yang dijadikan sebagai 'tempat tinggal' senantiasa tetap dikelola dan dilestarikan dengan sebagaimana mestinya.

Beberapa pesan mulia ajaran Islam di atas hendaknya bisa dijadikan sebagai petunjuk agar dapat senantiasa merawat bumi yang sudah tua dan mulai banyak menunjukkan kerusakan akibat ulah kita sendiri. 

Sumber: 

https://media.neliti.com/media/publications/42689-ID-etika-islam-dalam-mengelola-lingkungan-hidup.pdf

https://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/718/634

Baca Juga: Belanja Minim Plastik di Litterless Toko Grosir Ramah Lingkungan Jogja

Shafira Arifah Photo Community Writer Shafira Arifah

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya