Sejarah dan Filosofi Blangkon Jogja, Kaya Makna Mendalam

Intinya sih...
- Blangkon adalah simbol kebijaksanaan dan wibawa dalam pakaian tradisional Jogja.
- Perbedaan bentuk blangkon antara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Surakarta disebabkan oleh Perjanjian Giyanti.
- Motif blangkon dengan Jogja memiliki makna filosofis yang unik, seperti kesaktian, sumber kehidupan, keteguhan hati, dan perhatian sesama.
Blangkon bukan sekadar penutup kepala. Buat masyarakat Jawa, terutama Jogja, lipatan kain untuk kepala ini bisa menjadi simbol kebijaksanaan dan wibawa. Terlebih, terdapat filosofi blangkon Jogja yang tersimpan dan wajib disebarkan untuk diwariskan secara turun-temurun.
Selain itu, blangkon merupakan bagian dari pakaian tradisional yang patut dijaga kelestariannya, lho. Berikut ini adalah sejarah hingga makna di balik blangkon yang gak banyak diketahui. Kira-kira, apa saja ya?
1. Apa itu blangkon Jogja dan bagaimana sejarahnya?
Merupakan bagian dari pakaian adat, blangkon artinya tutup kepala yang terbuat dari kain batik dan digunakan untuk laki-laki. Masing-masing daerah di Jawa seperti Jogja, Solo, sampai Demak, memiliki keunikan blangkonnya sendiri.
Perbedaan bentuk blangkon antara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Keraton Kasunanan Surakarta tak lepas dari adanya Perjanjian Giyanti. Keraton Jogja memilih mempertahankan bentuk blangkon asli sejak sebelum dipecah Perjanjian Giyanti sedangkan Keraton Surakarta, memiliki lebih banyak variasinya.
Pemakaian penutup kepala di kalangan laki-laki sendiri diketahui sudah ada sejak Hikayat Aji Saka. Dalam hikayat tersebut disebutkan bahwa ada pendatang yang mengenakan penutup kepala, sesuai dengan tradisi asalnya yakni masyarakat Keling, India. Dari situ dipercaya menjadi asal-usul munculnya blangkon.
2. Mondholan sebagai ciri khas gaya Jogja
Mondholan berada di bagian belakang blangkon dengan bentuk bulat mirip telur, merupakan ciri khas blangkon gaya Jogja. Bagian dalam mendholan adalah kain dan fungsinya sendiri untuk mengikat rambut panjang pada pria supaya tetap terlihat rapi dan berwibawa tanpa harus memotong rambut.
Mondholan memiliki filosofi tersendiri, lho. Yaitu tekad yang kuat, bulat, seperti bentuknya. Dengan begitu, seorang pria diharapkan memiliki keteguhan hati kala menjalankan tugas kehidupan.
3. Motif batik yang sering dipakai dalam blangkon Jogja
Karena berbahan dasar kain batik, tentu blangkon memiliki motif yang unik. Motif yang sering digunakan untuk blangkon dengan Jogja adalah:
- Motif Modang artinya kesaktian untuk meredam angkara murka atau musuh yang datangnya dari diri sendiri.
- Motif Blumbangan berasal dari kata blumbang yaitu tempat yang dipenuhi air. Sedangkan air adalah salah satu dari sumber kehidupan.
- Motif Kumitir artinya gambaran seseorang yang enggan berdiam diri dan selalu berusaha keras dalam kehidupannya.
- Motif Celengkewengen artinya gambaran sosok yang pemberani serta memiliki sifat jujur, polos dan apa adanya.
- Motif Jumputan berasal dari kata jumput yang bermakna mengambil unsur-unsur yang baik
- Motif Sido asih artinya agar mendapat perhatian dari sesama dan saling mengasihi.
- Motif Sido Wirasat artinya harapan agar semua permohonan bisa tercapai dan memiliki kedudukan tinggi serta mandiri secara materi.
- Motif Taruntum melambangkan bintang saat malam hari. Motif ini artinya bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari dua hal yang berkaitan seperti gelap-terang, kaya-miskin dan lain-lain.
4. Filosofi bagian-bagian dalam blangkon
Nah, selaiknya benda-benda khas Jawa yang selalu memiliki filosofi, blangkon juga seperti itu, lho. Makna simbol blangkon Jogja antara lain:
- Wiron atau wiru yang berjumlah 17 lipatan yang melambangkan jumlah rakaat sholat dalam sehari.
- Mondolan bermakna kebulatan tekad seorang pria dalam melaksanakan tugasnya
- Cetetan yang berarti permohonan pertolongan kepada Allah SWT.
- Kemadha yaitu artinya menyamakan atau menganggap sama seperti putra sendiri
- Tanjungan yang maknanya kebagusan. Artinya agar saat memakai blangkon terlihat lebih tampan sehingga disanjung-sanjung dan dipuja.
Sekarang sudah tahu kan sejarah, ciri khas, sampai dengan filosofi blangkon gaya Jogja? Walau dulunya hanya digunakan oleh kalangan tertentu, kini siapa pun bisa pakai bahkan layak dijadikan oleh-oleh sepulang dari liburan. Awet dan kaya makna!