Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  

Fenomena maraknya tambah pemasukan dengan jual makanan

Berjualan makanan kini menjadi salah satu solusi banyak orang kala perekonomiannya terdampak pandemik corona. 

Menanggapi fenomena tersebut, dua seniman asal Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Eko Codit dan Alfin Agnuba menggelar karya mereka di ARTSPACE area lobby ARTOTEL Yogyakarta bertajuk Kondimen.

1. Bertajuk Kondimen untuk respon fenomena berjualan makanan saat pandemik

Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  Alfin Agnuba saat menjelaskan tentang karyanya pada pembukaan pameran seni Kondimen - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Codit dan Alfin memiliki karakter karya yang kuat dalam mengangkat isu sosial di Yogyakarta. Terlebih lagi di tengah pandemik, para seniman pun harus bertahan di tengah geliat industri kesenian yang ikut menjadi pasif.

Situasi ini mendorong orang-orang mulai menjual jajanan dan makanan secara online,  yang menjadi salah satu pilihan instan untuk mempertahankan ekonomi di tengah pandemik corona.

Melihat fenomena ini, pihak ARTOTEL Yogyakarta, melalui Tities Oktavianingrum Kristianty, Marketing Communication ARTOTEL Yogyakarta, memilih tema Kondimen dalam gelaran pameran seni kali ini.

"Gagasan tentang bagaimana kita melihat fenomena pangan khususnya saat ini karena adanya COVID, jadi mungkin kalau kita lihat di Instagram, di sosial media banyak teman-teman kita yang mereka akhirnya survive atau bertahan hidup dengan menjual makanan," ucap Tities saat pembukaan pameran seni Kondimen pada Selasa (1/9/2020). 

Selain itu karya-karya yang ditampilkan juga dihadirkan dengan tujuan untuk menguatkan orang-orang agar tetap berjuang di masa pandemik.

Baca Juga: Distorsi Memori Masa Kecil Seniman Muda di Artotel Yogyakarta

2. Eko Codit mengangkat karya beragam tema makanan tradisional daerah yang mulai punah

Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  Lukisan Luwit Fitom, karya Eko Codit - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Codit dalam pameran kali ini membawa beberapa karyanya yang bertema makanan. Salah satunya berjudul Luwit Fitom yang merupakan ide kreatif Codit dalam membalik kata Motif Tiwul yang menjadi tema utama lukisannya itu.

Menurut Codit judul ini dipilih atas fenomena tergusurnya budaya pangan tradisional menuju budaya modern dengan kudapan impornya, mengingat permainan kata dari judul lukisannya mirip dengan salah satu merek terkenal luar negeri.

"Saya ingin mendatangkan suatu makanan tradisional di Jawa khususnya dan nusantara umumnya yang sudah mulai punah, (karena) mulai tergeser oleh makanan modern," ucap Codit dalam pembukaan pameran seni Kondimen

Selain itu, Codit juga membawa karya bertema sayur lodeh yang sempat viral karena dianggap sebagai sayuran tolak bala menghadapi pandemik corona.

Serta karya yang berjudul Fist of Turi yang berisi beragam bahan-bahan makanan untuk membuat pecel kembang turi dari Madiun.

3. Karya Alfin Agnuba mengangkat isu-isu yang terjadi di lingkungan sekitar

Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  Alfin Agnuba bersama lukisan Chillibration karyanya - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Jika melihat karya Codit yang memainkan warna-warna terang, Alfin justru memiliki gaya lukisan yang lebih gelap. Menurutnya ini sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil untuk menekan dan mengulang-mengulang hasil lukisannya sehingga hasil akhirnya menjadi lebih gelap.

Alfin sendiri memboyong dua karyanya. Salah satunya berjudul Chillibration yang merupakan hasil dari fenomena timgginya harga cabe beberapa waktu lalu bertepatan perayaan Natal dan tahun baru.

"Pada awal 2017 waktu itu bersamaan dengan melambungnya harga cabai di Indonesia yang itu berdampak pada petani di daerah saya," ucapnya.

Serta karya berjudul ASAP yang menurutnya fenomena tentang pangan lama kelamaan akan hilang seperti asap yang berganti dengan isu-isu lain.

"Ini adalah fenomena yang sedang terjadi dan akan hilang, yang memang seperti asap," tambahnya.

Baca Juga: Mengenal Pablo Picasso, Sang Pelukis Paling Legendaris Abad Ke-20 

4. Pandemik memberikan kesan tersendiri bagi proses kreatif seniman

Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  Lukisan Sayur Lodeh, karya Eko Codit - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Saat pandemik dan kenormalan baru ternyata memberikan dampak tersendiri dari segi produktivitas seniman.

Codit merasa saat pandemik dirinya menemukan berbagai macam data-data baru yang merupakan salah satu modal dalam menentukan tema untuk berkarya.

"Pas pandemik ini, yang dulu saya mencari data susahnya setengah mati akhirnya datang dengan sendirinya banyak sekali dan (sampai) bingung sendiri," ucapnya.

Sedangkan Alfin mengatakan dirinya jadi merasa memiliki banyak teman yang melakukan work from home juga, karena sebagai seniman dirinya sudah terbiasa bekerja di studio rumahnya bahkan sebelum terjadi pandemik .

"Saya yang tadinya merasa bekerja di rumah sendirian atau biasa bekerja di studio, kemudian merasa mempunyai teman yang juga bekerja dari rumah," ucapnya.

Selain itu Alfin juga merasa punya banyak waktu untuk mengulik karya-karya baru yang akan dikerjakannya.

5. Para seniman memiliki sudut pandang sendiri tentang bagaimana orang menilai karya mereka

Kritisi Isu Pangan saat Pandemik, 2 Pelukis Jogja Tampilkan Kondimen  Lukisan ASAP, karya Alfin Agnuba - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Dalam karya-karyanya, kedua seniman ini juga memiliki pandangan yang berbeda tentang bagaimana orang-orang menilai karya mereka.

Codit merasa para penikmat karyanya bebas ingin mengartikan atau membayangkan karyanya seperti apa sesuai dengan ingatan dan imajinasi yang dimiliki.

"Kalau saya sih saya melepaskan ya, dalam artian biar audience sendiri yang membahasakan dengan memorinya sendiri," ucapnya.

Sedangkan Alfin berharap bahwa penikmat karyanya bisa mendapatkan ide dari hal-hal yang berkaitan dengan keseharian melalui karyanya.

Pameran seni Kondimen di ARTOTEL Yogyakarta ini akan berlangsung dari 1 September hingga 10 Oktober 2020.

Baca Juga: Kisah Pelukis Ki Joko Wasis, Lukisannya Pernah Dibayar Rp2 Ribu 

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya