Djoko Pekik dan Karyanya (instagram.com/platarandjokopekik)
Diketahui, Djoko Pekik lahir dari orangtua, bekerja sebagai petani yang hidupnya tidak terlalu berkecukupan. Inilah mengapa ia pernah mendamba menjadi seorang kepala desa agar keluarganya bisa memiliki kehidupan yang lebih baik.
Dalam pendidikan, Djoko Pekik terdaftar sebagai mahasiswa Akademisi Seni Rupa Indonesia (ASRI) Yogjakarta pada tahun 1957-1962. Kemampuan melukisnya semakin meningkat berkat keikutsertaannya di Sanggar Bumi Tarung. Pada sanggar tersebut, Djoko Pekik termasuk sebagai pelukis terbaik pada pameran tingkat nasional yang diadakan LEKRA pada tahun 1964.
Tahun 1965-1972, Djoko Pekik sempat menjadi tahanan politik dan ditahan di Benteng Vredeburg Yogyakarta, karena ia menjadi bagian dari LEKRA yang diasosiasikan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Dalam wawancaranya bersama Wisnu Nugroho setahun silam, Djoko Pekik mengatkan ia menjadi dibenci semua orang karena menjadi eks tapol (tahanan politik).
Ia dijauhi bahkan masuk daftar hitam atau black list selama 30 tahun, hingga membuat hidupnya megap-megap, sulit makan, padahal telah memiliki istri dan anak.