ilustrasi orang yang peduli lingkungan (pexels.com/mododeolhar)
“Dialah yang mendatangkan angin sebagai kabar gembira yang mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan) sehingga apabila (angin itu) telah memikul awan yang berat, Kami halau ia ke suatu negeri yang mati (tandus), lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang mati agar kamu selalu ingat. Tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur seizin Tuhannya. Adapun tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami jelaskan berulang kali tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-Araf: 57-58).
Ayat Al-Qur'an di atas dapat dijadikan sebagai bahan renungan untuk meningkatkan rasa kepedulian sekaligus memupuk rasa syukur atas terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya. Hal itu selaras dengan tujuan penciptaan akhlak lingkungan di dalam Islam yang digunakan sebagai panduan bagi umat untuk mengembangkan hubungan eratnya dengan alam.
Akhlak lingkungan senantiasa berusaha menjadikan alam agar tidak mudah dieksplorasi, melainkan menyadari bahwa manusia memiliki kesetaraan dengan sesama makhluk lainnya, sehingga keberadaan alam yang dijadikan sebagai 'tempat tinggal' senantiasa tetap dikelola dan dilestarikan dengan sebagaimana mestinya.
Beberapa pesan mulia ajaran Islam di atas hendaknya bisa dijadikan sebagai petunjuk agar dapat senantiasa merawat bumi yang sudah tua dan mulai banyak menunjukkan kerusakan akibat ulah kita sendiri.
Sumber:
https://media.neliti.com/media/publications/42689-ID-etika-islam-dalam-mengelola-lingkungan-hidup.pdf
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/attaqaddum/article/view/718/634