Sisa-sisa peralatan dapur yang hangus terbakar akibat letusan Merapi 2010 IDN Times/ Yogie Fadila
Tomon yang saat itu ditugaskan di wilayah Turi, langsung bergegas untuk mengondisikan warga. Pada saat listrik mati dan lahar mulai turun, semuanya seakan gelap tak terkendali. Bahkan hingga pagi hari, dirinya bersama relawan lainnya masih melakukan pendataan agar semua warga dapat turun ke pengungsian.
"Kebetulan di Turi tidak ada korban, hanya korban kecelakaan karena proses evakuasi yang panik. Kalau rumah juga masih aman, hanya lahan pertanian yang terdampak," terangnya.
Setelah semua warga di Turi dapat diselamatkan, dirinya langsung bergerak untuk membantu relawan yang berada di wilayah Cangkringan. Sebagai wilayah terparah, ratusan warga Cangkringan meninggal dunia. Tomon mengungkapkan banyak korban yang terjebak di rumah saat sedang tidur. Bahkan terdapat 11 orang dalam satu rumah yang terjebak dan menjadi korban erupsi Merapi.
"Di lapangan bau semua yang berasal dari hewan-hewan seperti kambing, kerbau dan yang lainnya. Kalau manusia cepat kita evakuasi. Korban manusia rata-rata di dalam rumah, karena kejadian malam, ada yang satu rumah 11 rumah. Mereka terkurung di dalam rumah," jelasnya.
Korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke rumah sakit. Saat itu, kebanyakan korban banyak dikirim ke rumah sakit Sardjito.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) korban jiwa akibat erupsi Gunung Merapi 2010 sebanyak 347 jiwa. Korban berasal dari Kabupaten Sleman yaitu 246 jiwa, Magelang 52 jiwa, Klaten 29 jiwa, dan Boyolali 10 jiwa. Sedangkan jumlah pengungsi mencapai 410.388 orang.