ilustrasi kehidupan sosial (pexels.com/Ikhsanico Henda Pratama)
Kegiatan silaturahmi keluarga, kerabat, dan tetangga adalah tradisi dalam momen Lebaran. Dalam interaksinya supaya menambah keakraban, maka perlu sikap saling menghormati seperti yang diajarkan dalam mitos-mitos Jawa ini.
- Ora ilok anjangkar, artinya tidak pantas memanggil orangtua tanpa sebutan panggilan Bapak maupun Ibu. Dalam budaya Jawa, menyebut nama orangtua secara langsung dianggap ora ilok (tidak pantas). Hal ini berlaku juga untuk orang yang lebih tua secara umum seperti tetangga dan kerabat lainnya.
Sebagaimana Franz Magnis Suseno dalam bukunya Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, masyarakat Jawa memperlakukan orang lain misalnya tetangga rumah selayaknya keluarga sendiri. Oleh karena itu, saat menyapa mereka tetap menggunakan istilah kekeluargaan. Contonya, seperti Pak, Bu, Mbah, Pakdhe, Budhe, Mbakyu, atau Dhik. Terapkan kebiasaan ini ya saat mudik di kampung halaman, sebagai bentuk menghormati orang lain, sekalipun asing namun itu menunjukkan kesopanan dalam etika budaya setempat.
- Ora ilok ngadegke lante, tidak dibenarkan menyimpan tikar dengan posisi berdiri karena bikin cepat rusak. Ketika menghadiri acara perkumpulan, atau tradisi slametan di desa-desa, biasanya masih menggunakan alas duduk tikar yang terbuat dari jajaran batang rumput yang dikeringkan.
Mitos ini mengajarkan etika cara penyimpanan yang benar dengan tujuan agar tikarnya terawat baik sehingga bisa digunakan kembali. Jadi tambahan pengetahuanmu ketika menghadiri selamatan maupun membantu keluarga persiapan acara di rumah, kalau ada tikar seperti ini, simpanlah sesuai aturan baiknya.
- Ora ilok supatanan, artinya tidak dibenarkan sumpah serapah pada orang lain.
Momen Lebaran semestinya diisi kegiatan positif seperti memaafkan. Mitos ini penting untuk diingat ketika ada orang yang tak sengaja menyakitimu, janganlah menyumpah-nyumpahinya, sebab dalam budaya Jawa itu dianggap ora ilok, tidak benar untuk dilakukan.
Jadi, tak hanya menjaga sikap, tapi juga lisan biar Lebaran makin berkesan. Kalau dalam interaksi sosial ada orang yang menyinggung atau bersikap kurang menyenangkan, ingatkan dia dengan cara halus. Ini adalah respons tepat yang bijak sehingga momen kebersamaan pada Hari Raya gak rusak karena muncul konflik.