Potret Nyi Hajar Dewantara (Wikimedia/Koleksi museum Dewantara Kirti Griya - Ruang 5)
Ki Hadjar sebagai pendiri dari organisasi pendidikan Taman Siswa pada 1922, tak dapat dilepaskan dari andil Nyi Hadjar. Bahkan selepas kepergian sang suami, ia tetap mengupayakan keberlangsungan Taman Siswa. Pada 31 Maret 1931, diresmikan Organisasi Wanita Taman Siswa dengan pelopornya adalah Nyi Hadjar.
Organisasi Wanita Taman Siswa ini memiliki peran penting di mana anggotanya wajib membantu Taman Siswa di bidang pendidikan kewanitaan dan kesucian dalam lingkungan Taman Siswa, serta menjalin hubungan dengan organisasi wanita lainnya.
Berdasarkan jurnal "Perjuangan Emansipasi Organisasi Wanita Taman Siswa di Yogyakarta Tahun 1922-1945" karya Wahyu Sujadi (2013), disebutkan organisasi ini mendapatkan tanggapan kurang baik dari penjajah. Puncaknya saat Belanda menutup kegiatan sekolah di Taman Siswa. Namun, hal ini tidak menggetarkan Organisasi Wanita Taman Siswa yang tetap melaksanakan belajar-mengajar dengan cara gerilya pendidikan, dengan cara menggunakan rumah guru Taman Siswa sebagai lokasinya.
Saat penjajahan Jepang berkuasa, organisasi dibubarkan pemerintah Jepang dan diganti dengan nama Fujinkai. Pada 1945, Organisasi Wanita Taman Siswa akhirnya melanjutkan perjuangan hak-hak kaum wanita setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.