Yogyakarta, IDN Times – Astaga! Tida ada satoe pekerdjaan jang mempoenjai variatie begitoe banjak seperti pekerdjaanja satoe journalist. Apa jang dalem laen kalangan pekerdjaan rasanya se-oemoer hidoep tida aken bisa dirasaken, adalah dalem lingkungan journalistiek keada’an dan pengalaman tiap saat bisa berobah.
Ini hari di-oendang berpesta minoem shampi (champagne), besok masoek boewi (penjara), pagi dipoedji, sore dimaki, dan maasih banjak laen2 hal poela jang aken bikin journalistiek selamanja mempoenjai pengaroeh menarik bagi siapa jang dilahirken sebage journalist sedjati sebagimana begitoe sering ada dioetjapken oleh Bing Swie Sia (jurnalis Sin Tit Po), jang pembatja soedah kenal…
Cukilan tulisan itu diambil dari naskah Kwee Thiam Tjing yang ditulis di Sin Tit Po pada hari Sabtu, 26 Maret 1938. Menggambarkan dunia jurnalis yang juga dialami Kwee. Ia memberi judul Pidato Hari Saptoe.
“Kwee juga pernah dipenjara karena tersangkut delik pers,” kata peneliti sejarah dan penulis Arief W Djati dalam diskusi bertema Ngobrolin Tjamboek Berdoeri di Bentara Budaya Yogyakarta, Rabu, (28/1) silam.