5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diri

Ego depletion Itu mitos atau fakta?

Ego depletion adalah istilah psikologi yang menggambarkan kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mengendalikan diri setelah melakukan tugas yang membutuhkan pengendalian diri sebelumnya.

Misalnya, jika kamu menahan diri untuk tidak makan cokelat karena sedang diet, kamu akan lebih mudah tergoda untuk melakukan hal-hal lain yang melanggar aturanmu, seperti merokok, berbohong, atau menunda-nunda pekerjaan. Ego depletion dapat mengurangi motivasi, kinerja, dan kesejahteraan seseorang. Berikut adalah lima fakta menarik tentang ego depletion yang perlu kamu ketahui.

1. Ego depletion mirip dengan otot yang lelah

5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diriilustrasi cemas (pexels.com/energepic.com)

Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan ego depletion adalah model otot. Model ini menganggap bahwa pengendalian diri adalah sumber daya terbatas yang dapat habis seperti bahan bakar di tangki. Ketika kamu menggunakan pengendalian diri untuk melakukan satu tugas, kamu akan menguras energimu dan menyisakan sedikit untuk tugas berikutnya.

Model ini juga menyatakan bahwa pengendalian diri dapat dilatih dan diperkuat seperti otot, sehingga kamu dapat meningkatkan kapasitas dan ketahananmu untuk menghadapi tantangan yang membutuhkan pengendalian diri. Model otot ini pertama kali diajukan oleh Roy Baumeister dan koleganya pada tahun 1998.

2. Ego depletion dipengaruhi oleh faktor subjektif

5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diriilustrasi menangis (pexels.com/Karolina Grabowska)

Meskipun model otot tampak intuitif dan logis, ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa ego depletion tidak semata-mata ditentukan oleh faktor objektif, seperti durasi atau kesulitan tugas. Ego depletion juga dipengaruhi oleh faktor subjektif, seperti persepsi, keyakinan, dan harapan seseorang. Misalnya, jika kamu percaya bahwa pengendalian diri adalah sumber daya yang tidak terbatas, kamu akan lebih mampu mengatasi ego depletion daripada jika kamu percaya sebaliknya.

Jika kamu mengharapkan bahwa tugas yang kamu lakukan akan menyenangkan dan bermanfaat, kamu akan lebih termotivasi dan berenergi daripada jika kamu mengharapkan sebaliknya. Jadi, ego depletion bukanlah fenomena yang tetap dan tak terelakkan, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi psikologis seseorang.

3. Ego depletion berdampak pada berbagai aspek kehidupan

5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diriilustrasi lelah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Ego depletion bukanlah hal yang sepele, karena dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang, baik di bidang akademik, profesional, sosial, maupun kesehatan.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa ego depletion dapat menurunkan kualitas dan kuantitas pekerjaan, mengganggu proses belajar dan mengingat, mengurangi kemampuan untuk mengambil keputusan yang rasional, meningkatkan risiko untuk terlibat dalam perilaku berisiko atau tidak etis, menghambat kemampuan untuk mengekspresikan dan mengenali emosi, dan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena itu, ego depletion merupakan tantangan yang serius yang harus diatasi dengan cara yang tepat.

Baca Juga: 5 Alasan Critical Thinking Sangat Penting di Era Banjir Informasi

4. Ego depletion dapat dicegah atau dikurangi dengan beberapa strategi

5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diriilustrasi cemas (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meskipun ego depletion dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang, ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengurangi efeknya. Beberapa strategi yang dapat dicoba adalah:

  • Mengatur prioritas dan menyelesaikan tugas yang paling penting atau sulit terlebih dahulu, ketika energi dan motivasi masih tinggi.
  • Mengambil istirahat yang cukup dan berkualitas, baik secara fisik maupun mental, untuk mengembalikan energi dan fokus.
  • Mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung glukosa, yang merupakan sumber energi utama untuk otak.
  • Menggunakan imbalan, insentif, atau dorongan positif untuk meningkatkan motivasi dan kepuasan.
  • Mengubah persepsi atau sikap terhadap tugas yang dihadapi, dengan mencari sisi positif, menyenangkan, atau bermanfaatnya.
  • Menggunakan teknik relaksasi, meditasi, atau afirmasi diri untuk mengurangi stres dan meningkatkan kepercayaan diri.

5. Ego depletion masih menjadi topik perdebatan di kalangan psikolog

5 Fakta Ego Depletion, Kelelahan Psikis yang Ganggu Kontrol Diriilustrasi marah (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Meskipun ego depletion telah menjadi topik yang populer dan banyak diteliti di bidang psikologi, ada beberapa kontroversi dan kritik yang muncul seputar validitas dan reliabilitasnya. Beberapa penelitian tidak dapat mereplikasi temuan awal yang mendukung efek ego depletion, sementara beberapa meta-analisis dan studi lainnya menunjukkan bahwa efek tersebut mungkin lebih lemah atau tidak konsisten daripada yang sebelumnya dipercaya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ego depletion antara lain adalah motivasi, harapan, emosi, dan kebiasaan. Teori ego depletion masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguji validitasnya dan menjelaskan mekanisme dan moderatornya.

Ego depletion adalah konsep yang menarik dan penting untuk dipahami, karena dapat mempengaruhi kinerja, kesehatan, dan kebahagiaan kita. Namun, ego depletion juga merupakan konsep yang kompleks dan kontroversial, yang masih memerlukan penjelasan dan bukti yang lebih kuat. Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau mengurangi ego depletion, kita dapat mengembangkan strategi untuk mengelola sumber daya kognitif kita dengan lebih baik dan meningkatkan kemampuan kita untuk mengendalikan diri. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: 5 Pelajaran Finansial dari Gen Z yang Bisa Kita Tiru, Melek Investasi

Muhamad Aldifa Photo Community Writer Muhamad Aldifa

Menulis disaat senggang

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya