ilustrasi laki-laki berjalan sambil memayungi pasangannya (pexels.com/ HANUMAN PHOTO STUDIO🏕️📸)
Tak hanya sebagai tokoh leluhur yang dihormati, Mbah Bregas juga dikenal sebagai sosok yang meninggalkan pesan-pesan yang sampai sekarang masih diyakini masyarakat Dusun Ngino. Pesan-pesannya memberi petunjuk untuk menjaga harmoni kehidupan. Berikut beberapa mitosnya dikutip jurnal Mitos Mbah Bregas di Dusun Ngino Desa Margoagung Seyegan Sleman Yogyakarta.
- Larangan menumbuk padi dengan lesung kayu
Pantangan menumbuk padi menggunakan lesung kayu, apalagi pada waktu sepertiga malam. Konon, Mbah Bregas yang sedang beribadah terganggu oleh aktivitas warga yang malam hari menumbuk padi. Itulah sebabnya muncul aturan ini.
- Larangan membuat sumur dari senggot
Mitos lainnya yaitu larangan membuat sumur menggunakan senggot (timba dari bambu). Ini berawal ketika Mbah Bregas sedang berdiskusi dengan Sunan Kalijaga, mereka terganggu oleh bunyi senggot. Sejak itulah, timba dari senggot dilarang digunakan warga Ngino. Mitosnya, siapa saja yang melanggar, maka akan gila.
- Larangan menanam pohon sirih
Ketika Mbah Bregas membutuhkan sirih, namun setelah dicari ke seluruh dusun tidak menemukannya, maka muncullah keyakinan ini bahwa warga Ngino tidak boleh menanam pohon sirih. Kalau ada yang melanggar, dipercaya akan mengalami musibah. Meski begitu, kini mulai banyak warga yang menanam dan tidak mengalami kejadian buruk.
- Anjuran bagi pengantin untuk melakukan ritual Mubeng Ringin
Adanya kepercayaan tentang kerajaan jin di timur pohon beringin, maka pengantin baru dianjurkan melakukan ritual supaya tidak mendapat gangguan. Dikutip wawancara dalam jurnal Cultural Production Strategies Through Local Wisdom Oral Traditions Perdukuhan Ngino XII Sleman Yogyakarta, ritual ini dilakukan dengan cara mengitari pohon beringin sebanyak tiga kali. Saat menjalankannya juga perlu diiringi keinginan berbakti kepada orangtua, kepada agama, dan negara.
Tata caranya yaitu memutari pohon dengan arah berlawanan jarum jam. Diawali mengucap salam, kemudian membaca basmalah. Putaran pertama membaca syahadat sebanyak tiga kali. Putaran kedua membaca salawat tiga kali, dan putaran ketiga membaca istighfar sebanyak tiga kali.
Ritual ini salah satu upaya perlindungan diri, sekaligus bentuk penghormatan terhadap leluhur. Terlepas dari kepercayaan masing-masing, warisan budaya ini telah menjadi identitas lokal yang bersejarah.