ilustrasi petani di sawah (pexels.com/ Rosyid Arifin)
Di balik tokoh dan peran bangsa alus Gunung Merapi, tersimpan pesan yang mengajarkan manusia untuk menjaga hubungan baiknya dengan alam. Ini sekaligus refleksi dari nilai-nilai kearifan lokal, betapa pentingnya bersinergi dengan alam supaya manusia nyaman berkehidupan.
Keyakinan masyarakat tentang Gunung Merapi yang dihuni makhluk halus mengajarkan mereka lebih peka dan menghormati lingkungan yang ditinggalinya. Ketika manusia mampu menjaga kelestariannya, maka alam pun memberikan anugerah berupa kesuburan tanah, kesegaran udara, serta tanda-tanda alami sebelum bencana terjadi sehingga manusia selamat.
Adanya peringatan ketika Merapi akan erupsi dari tokoh yang bernama Kartadimeja, sekaligus mengandung pesan bahwa manusia hendaknya waspada ketika tanda-tanda bencana sudah mulai muncul. Suwardi Endraswara dalam bukunya Falsafah Hidup Jawa, mengatakan bahwa orang yang waspada adalah mereka yang mampu membaca situasi dan bertindak bijaksana. Sikap ini jadi kunci keselamatannya, dengan peka, memahami, dan waspada, maka peluang selamatnya lebih besar dibanding mereka yang cuek dan gegabah.
Maka, sebelum erupsi terjadi, hendaknya juga sudah berupaya mencegah timbulnya korban jiwa. Caranya adalah dengan mematuhi pantangan di sana seperti tidak memburu binatang liar karena keberadaannya berperan menjaga keseimbangan ekosistem alam. Tidak menebang pohon dan memindahkan batu sembarangan, tidak mendirikan rumah menghadap gunung, dan pantangan lainnya. Dengan begitu, hutan di Gunung Merapi akan lestari dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal yaitu di antaranya menahan laju lava saat erupsi.