Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Misteri Bangsa Alus Merapi, Ada Pesan Tersembunyi di Baliknya

ilustrasi orang berjalan di tengah hutan (pexels.com/ Adil Ahnaf🇧🇩🇵🇸)
Intinya sih...
  • Gunung Merapi dihuni makhluk tak kasatmata bernama bangsa alus, yang memiliki hierarki dan tugas masing-masing.
  • Pesan dari mitos Gunung Merapi mengajarkan manusia untuk menjaga hubungan baik dengan alam, bersinergi, peka, dan waspada.
  • Sistem kepercayaan ini membantu masyarakat dalam menghadapi erupsi dengan melestarikan budaya dan menjalankan ritual-ritual adat.

Bagi masyarakat lereng Merapi, Gunung adalah rumah para leluhurnya yang juga dihuni makhluk tak kasatmata yang disebut bangsa alus. Oleh karena itu, warga rutin melakukan upacara atau ritual adat sebagai bentuk penghormatan dan permohonan keselamatan kepada Tuhan YME.

Makhluk halusnya juga menjalani kehidupan seperti manusia. Untuk mengatur kehidupan di sana, konon ada pembagian tugasnya. Lantas, siapa saja dan bertugas sebagai apa bangsa alus di puncak Merapi?

1.Hierarki dan peran bangsa alus

ilustrasi orang sedang bercocok tanam (pexels.com/ Adil Ahnaf🇧🇩🇵🇸)

Dipercaya ada keraton tak kasatmata di puncaknya, Wisnu Minsarwati dalam bukunya Mitos Merapi dan Kearifan Ekologi, menyebutkan bahwa keraton tersebut memiliki hierarki mirip Keraton Mataram. Organisasi yang dibentuk berfungsi mengatur keseimbangan alam kehidupan kawasan Merapi.

Pemerintahannya dipimpin oleh kakak beradik yaitu Empu Rama dan Empu Permadi. Sebagai kepala pemerintahan, seperti halnya pemimpin di kehidupan manusia, mereka juga melimpahkan tugas-tugas kepada para tokoh lain.

Untuk mengendalikan keadaan alam di Gunung Merapi, ada Kyai Sapu Jagad. Penanggung jawab kehijauan tanaman dipercayakan pada Nyai Gadung Melati.

Kemudian, bagian menjaga ternak keraton serta pemimpin pasukan makhluk halus yaitu Kartadimeja. Sosok ini populer di masyarakat sekitar karena kerap memberi informasi kepada penduduk setempat ketika Merapi akan erupsi, sehingga penduduk bisa waspada sambil menyelamatkan diri. Sementara, di jajaran prajurit, ada sosok bernama Kyai Petruk.

2.Pesan tersirat dari keberadaan bangsa alus Merapi

ilustrasi petani di sawah (pexels.com/ Rosyid Arifin)

Di balik tokoh dan peran bangsa alus Gunung Merapi, tersimpan pesan yang mengajarkan manusia untuk menjaga hubungan baiknya dengan alam. Ini sekaligus refleksi dari nilai-nilai kearifan lokal, betapa pentingnya bersinergi dengan alam supaya manusia nyaman berkehidupan.

Keyakinan masyarakat tentang Gunung Merapi yang dihuni makhluk halus mengajarkan mereka lebih peka dan menghormati lingkungan yang ditinggalinya. Ketika manusia mampu menjaga kelestariannya, maka alam pun memberikan anugerah berupa kesuburan tanah, kesegaran udara, serta tanda-tanda alami sebelum bencana terjadi sehingga manusia selamat.

Adanya peringatan ketika Merapi akan erupsi dari tokoh yang bernama Kartadimeja, sekaligus mengandung pesan bahwa manusia hendaknya waspada ketika tanda-tanda bencana sudah mulai muncul. Suwardi Endraswara dalam bukunya Falsafah Hidup Jawa, mengatakan bahwa orang yang waspada adalah mereka yang mampu membaca situasi dan bertindak bijaksana. Sikap ini jadi kunci keselamatannya, dengan peka, memahami, dan waspada, maka peluang selamatnya lebih besar dibanding mereka yang cuek dan gegabah.

Maka, sebelum erupsi terjadi, hendaknya juga sudah berupaya mencegah timbulnya korban jiwa. Caranya adalah dengan mematuhi pantangan di sana seperti tidak memburu binatang liar karena keberadaannya berperan menjaga keseimbangan ekosistem alam. Tidak menebang pohon dan memindahkan batu sembarangan, tidak mendirikan rumah menghadap gunung, dan pantangan lainnya. Dengan begitu, hutan di Gunung Merapi akan lestari dan mampu menjalankan fungsinya secara optimal yaitu di antaranya menahan laju lava saat erupsi.

3.Kepercayaan mitos pada Gunung Merapi sebagai pedoman hidup keberlanjutan

ilustrasi anak-anak sedang berlarian (pexels.com/ Ache Surya)

Mitos-mitos yang berkembang tentang Gunung Merapi juga bisa jadi kerangka landasan bersikap untuk masyarakat mengadaptasikan diri dengan lingkungannya. Sistem kepercayaan ini membantu masyarakat dalam menghadapi erupsi. Salah satunya juga dengan melestarikan budaya, tetap menjalankan ritual-ritual adat untuk menjaga relasi baik.

M. Fatkhan dalam jurnalnya Kearifan Lingkungan Masyarakat Lereng Gunung Merapi, beberapa ritual budaya rutin digelar karena masyarakat sekitar yakin, selama tradisi leluhur masih dijalankan dan tidak merusak ekosistemnya, maka Gunung Merapi tidak akan marah dengan letusan yang dahsyat.

Sebagai warga yang ingin hidup tenang bahagia, maka perlu saling menghargai. Seperti halnya dengan kerabat atau tetangga, keberadaan bangsa alus di puncak Merapi juga layak dihormati. Ketika tercipta keharmonisan, maka semuanya nyaman dan akan terus saling menjaga serta memberi manfaat.

Misteri penunggu Gunung Merapi seolah jadi pengingat manusia untuk berbuat baik kepada sesama dalam lingkungan tempat tinggalnya. Dari mitos ini, mari belajar lebih menghargai alam, menjaga tradisi lokal, dan ikut berperan melestarikan lingkungan untuk keberlangsungan hidup generasi sekarang dan mendatang.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Paulus Risang
EditorPaulus Risang
Follow Us