ilustrasi pengantin laki-laki berbusana adat Jawa dilengkapi keris (pexels.com/willy WFT)
Perubahan zaman membuat keris mengalami perkembangan fungsi. Masih dikutip dari jurnal karya Nurnaningsih, dijelaskan bahwa zaman dulu keris berfungsi sebagai senjata untuk pertahanan diri dari beragam serangan seperti musuh maupun binatang buas. Selain itu, juga dianggap sebagai pusaka berharga dan lambang kebesaran Raja.
Semakin majunya zaman, kini fungsi keris telah bergeser karena juga menjadi bagian dari kelengkapan busana adat Jawa. Dalam pernikahan, keris menjadi pelengkap estetika sehingga dihiasi dengan berlian pada pangkal hulu. Bahkan, sarung kerisnya juga dihias dengan lapisan emas, ini jadi simbol kehormatan pemakainya.
Meski ada pengembangan fungsi, namun keris tetap menyimpan makna filosofis. Dalam pernikahan adat Jawa, keris yang dikenakan pengantin laki-laki dihiasi untaian bunga melati. Bunga melati melambangkan keharuman, kasih sayang, dan kelembutan, maka menjadi penyeimbang dari fungsi senjata tradisional ini ketika dipakai sebagai pelengkap busana pengantin.
Bahkan, dalam situasi tertentu ketika pengantin laki-laki berhalangan hadir saat akad nikah, sebilah keris dapat dijadikan simbol pengganti kehadirannya. Ini menunjukkan peran keris sebagai produk budaya yang sangat dihormati.
Keris sebagai bagian dari Tosan Aji memiliki nilai-nilai tinggi gak hanya dari estetikanya, melainkan juga historis dan filosofisnya. Pengakuan dari UNESCO terhadap senjata tradisional Jawa menjadi bukti pentingnya menjaga, dan ikut mengenalkan warisan budaya ini ke generasi masa kini dan seterusnya.