Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Mengenal Cara dan Makna Sungkeman Lebaran ala Orang Jawa

Ilustrasi tradisi lebaran sungkeman (pexels.com/Alena Darmel)
Intinya sih...
  • Tradisi sungkeman Lebaran merupakan bagian penting dari budaya Jawa sejak 1930-an.
  • Sungkeman adalah wujud permintaan maaf tulus dan mempererat hubungan harmonis keluarga serta masyarakat luas.
  • Pelaksanaannya memiliki tata cara yang menunjukkan kesopanan dalam budaya Jawa, mengajarkan penghormatan dan penghargaan terhadap sesama.

Lebaran sekaligus momen mempererat hubungan keluarga, maka ada sebuah tradisi yang sebaiknya tak dilewatkan. Sungkeman tak terpisahkan dari perayaan Idul Fitri, tradisi budaya Jawa yang ada sejak tahun 1930-an ini mengandung nilai-nilai tinggi.

Mencerminkan berbagai nilai kehidupan yang mengajarkan rasa hormat, ketulusan, hingga upaya menjaga hubungan harmonis keluarga beserta masyarakat luas lainnya. Sebagai generasi kini, mari belajar tentang bagaimana praktiknya sambil memahami makna nilai kearifan lokal yang ada di dalamnya.

1.Mengenal sungkeman Lebaran

ilustrasi tradisi Sungkeman Lebaran (kratonjogja.id/Ngabekten: Tanda Bakti kepada Sri Sultan saat Idulfitri)

Setelah selesai salat Idul Fitri, suasana Lebaran semakin khidmat dengan adanya tradisi sungkeman. Tak hanya formalitas, namun sebagai wujud permintaan maaf yang tulus atas kesalahan yang diperbuat, baik disengaja maupun tidak.

Dalam budaya Jawa, keluarga mempunyai makna istimewa. Franz Magnis Suseno dalam bukunya Etika Jawa: Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Jawa, keluarga inti kecil bukan sebatas hubungan darah, tapi juga memiliki ikatan batin kuat. Orangtua menyayangi anaknya tanpa syarat, hubungan saudara kandung dijalin penuh keakraban. Konsep keluarga Jawa juga meluas hingga kakek, nenek, dan bahkan tetangga yang dianggap bagian dari keluarga besar.

Momen Lebaran, masyarakat dalam suatu lingkungan biasanya melakukan tradisi sungkeman. Dimulai dari keluarga inti, saudara, hingga saling berkunjung ke rumah tetangga. Tradisi ini juga dinilai mampu memperbaiki hubungan yang mungkin sempat renggang.

2.Praktik sungkem Lebaran dari persiapan hingga prosesinya

ilustrasi tradisi Sungkeman (kratonjogja.id/Ngabekten: Tanda Bakti kepada Sri Sultan saat Idulfitri)

Pelaksanaannya memiliki tata cara yang menunjukkan kesopanan dalam budaya Jawa. Orang yang lebih muda bersimpuh sambil memohon maaf kepada yang lebih tua. Mengutip jurnal Tradisi Sungkeman sebagai Kearifan Lokal dalam Membangun Budaya Islam yang ditulis oleh Jamal G. dan Mohammad A. J., berikut langkah-langkahnya.

  • Posisi orangtua lebih tinggi dengan menduduki kursi. Ini melambangkan bahwa mereka harus diperlakukan dengan baik dan penuh hormat oleh anak-anaknya.
  • Posisi anak atau orang yang sungkem yaitu jongkok di hadapan orangtua dengan kepala menunduk, serta kedua tangannya mengapit tangan orangtua. Ini menunjukkan kerendahan hati saat hendak meminta maaf.
  • Setelah berada dalam posisi sungkem tersebut, anak mencium tangan orangtua sambil mengucapkan kalimat maaf. Ucapan permohonan maafnya dalam Bahasa Jawa dikutip jurnal Eksistensi Bahasa Jawa dalam Budaya Sungkeman Lebaran: Studi Kasus pada Ranah Keluarga di Kabupaten Blora karya Nuradita dan Suryadi, bisa berupa seperti ini: “Sugeng riyadi, Pak. Ngaturaken sedaya kelepatan kula. Lahir batin. Nyuwun tambahing pangestu kagem kula sak keluarga.” atau “Ngaturaken wilujeng, sedaya lepat kulo nyuwun pangapunten. Menawi wonten lepat ingkang dipunsengaja punapa mboten kulo sengaja.

3.Nilai kearifan lokal dalam tradisi ini

ilustrasi bersikap saling menghormati (pexels.com/ RDNE Stock project)

Di era modernisasi yang membawa perubahan cukup tinggi, tradisi sungkeman Lebaran mengingatkan tentang pentingnya menjaga nilai-nilai luhur yang sudah diwariskan. Nilai-nilai mampu membentuk pola perilaku manusia, baik dengan sesama hingga alam sekitarnya.

Dalam praktiknya, terdapat dua nilai moral yaitu penghormatan sebagai sarana melatih diri rendah hati, sopan santun, serta tidak angkuh. Kedua adalah penghargaan terhadap bakti orangtua, saudara, dan masyarakat sekitar.

Tradisi Jawa ini sangat erat dengan hubungan harmonis antara sesama manusia dalam unit keluarga kecil, besar, hingga lingkungan sosial yang lebih luas. Sungkeman Lebaran memang bukan kewajiban, namun ketika ikut menjalankan tradisi ini, maka dapat manfaat banyak sekali. Mulai dari mengobati rasa sakit hati, hubungan yang dingin jadi hangat dan akrab kembali. Bahkan, kepercayaan yang sempat hilang, kini muncul lagi. Yuk, bermaafan sambil praktik sungkeman.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Adelbertha Eva Y
EditorAdelbertha Eva Y
Follow Us