ilustrasi burung perkutut dalam sangkar (unsplash.com/Lighten Up)
Menurut mitosnya, gak semua jenis perkutut cocok dipelihara. Dikutip jurnal Burung yang Baik Dipelihara dan Tidak dalam Serat Ngalamating Kutut, berikut jenis-jenis perkutut yang dipercaya memberi keberuntungan bagi pemiliknya.
- Sri Pangepel, berbulu putih, jari dan jempolnya berwarna putih keabuan cocok dipelihara petani. Mitosnya bisa membuat hidup pemiliknya semakin makmur.
- Wisnu Citra, warna bulu, paruh, dan kakinya hitam keabuan. Konon, pemiliknya akan memperoleh banyak keberuntungan di segala aspek hidupnya.
- Wisnu Mangenu, seluruh tubuhnya berwarna hitam keabuan. Perkutut ini juga dianggap memiliki keistimewaan karena membawa banyak kebaikan bagi yang merawatnya.
- Kusumawicitra, bulunya berwarna semu putih, paruh dan kakinya panjang. Diyakini, sebagai pembawa rezeki yang berkelanjutan.
- Pandhitamijil, memiliki ekor dengan jumlah bulu sebanyak lima belas. Bagi yang memelihara, maka dirinya akan dihormati orang sekitarnya.
- Purnamasidi, di sela-sela matanya berwarna merah sehingga memancarkan sinar terang. Dipercaya bahwa siapa pun yang memelihara akan disegani orang lain.
- Sinusuh Siti, burung ini bersarang di tanah dan diyakini memberi manfaat bagi kesehatan pemiliknya.
- Marcujiwa, iris matanya berwarna kuning. Keistimewannya adalah mampu melancarkan aliran rezeki.
- Mustikaning Paksi, bulu dan mata berwarna putih, paruhnya abu-abu. Ini adalah burung peliharaan Raja. Konon, bagi yang memelihara akan memiliki kewibawaan tinggi seperti seorang Raja.
- Marcujia, matanya berwarna kuning dan paruhnya tajam, burung ini simbol kebaikan dan juga sebagai peliharaan Raja. Siapa saja yang memiliki dan merawatnya, maka berbagai kebaikan di dunia akan datang padanya.
- Inep Gedhong, perkutut ini berkicau sore hari yang diyakini membawa rezeki dan keselamatan bagi pemiliknya. Suara merdunya sebagai tanda kebaikan-kebaikan yang akan datang.
- Gedhong Mengo, burung yang berkicau pagi hari seiring terbitnya matahari. Diyakini masyarakat itu pertanda baik, memberi rezeki dan keselamatan.
Kepercayaan terhadap perkutut tak hanya sebatas mitos, tapi juga bagian dari hidup masyarakat Jawa yang senantiasa menjaga harmoni antara manusia dan alam. Tak sekadar nikmat mendengar merdu kicauannya, tapi juga akan mendatangkan keberuntungan sepanjang harinya.
Makna tentang memelihara perkutut beserta mitos-mitosnya mengandung nilai-nilai kehidupan. Seperti yang dijelaskan dalam Katurangganing Kutut, ada pitutur Jawa “aja mung ngoceh, nanging manggungo utowo yen ngomong kudu sing mentes”, yang artinya jangan hanya banyak bicara, pastikan juga setiap kata yang terucap itu bermakna dan bisa dipertanggungjawabkan.
Lebih dari burung peliharaan yang melambangkan status sosial, perkutut mengajarkan banyak hal tentang kebijaksanaan dalam berkomunikasi. Ketika bertemu dan ngobrol sama orang baru, jangan hanya melihat fisik, jabatan, maupun keturunannya, namun juga bagaimana caranya dia berbicara dan isi pembahasannya.
Memahami filosofi ini, mengajarkan setiap orang agar lebih berhati-hati dalam berbicara, mampu menghargai momen percakapan dengan siapa saja, dan cerdas membangun komunikasi sehingga minim salah paham, serta omongannya dapat dipercaya.