Makna Manunggaling Kawula Gusti, Masih Relevan di Era Ini

Intinya sih...
- Falsafah Jawa Manunggaling Kawula Gusti mengajarkan persatuan manusia dengan Tuhannya, memberikan kedamaian dan inspirasi di zaman modern.
- Ajaran ini menekankan relasi yang dalam antara hamba dan Tuhan, mengajarkan kesadaran akan kehadiran-Nya dan menjaga keseimbangan dalam kehidupan.
- Penerapan ajaran ini membuat seseorang terhubung dengan Tuhan, menjalani kehidupan dengan tenang, bijaksana, dan penuh syukur serta relevan dalam dinamika kehidupan modern.
Falsafah Jawa mengandung makna yang positif ketika dipahami dengan tepat dan diterapkan. Salah satu yang terkenal adalah dari Syekh Siti Jenar yaitu Manunggaling Kawula Gusti. Istilah ini memiliki arti bersatunya makhluk dengan Tuhannya, menggambarkan betapa dalam hubungan manusia dengan Sang Pencipta.
Di zaman modern, konsep ini masih relevan. Dalam menghadapi ketidakpastian maupun kebimbangan lainnya, falsafah Jawa ini memberikan kedamaian sehingga mampu menemukan jalan terang. Tak hanya itu, konsep ini juga menginspirasi agar manusia semakin mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa di tengah kesibukannya.
Banyak nilai kebaikan yang terkandung di dalamnya dan ketika diterapkan maka memberi manfaat juga seperti untuk mengelola relasi baik dengan sesama di kehidupan personal, sosial, dan lainnya.
Oleh karena itu, yuk pahami lagi mengenai ajaran Manunggaling Kawula Gusti supaya dapat wawasan untuk menemani perjalanan hidupmu.
1.Makna Manunggaling Kawula Gusti
Secara istilah, Manunggaling Kawula Gusti terdiri dari empat kata dalam bahasa Jawa yaitu, tunggal artinya satu, manunggal artinya bersatu, kawula adalah aku (hamba), Gusti berarti Tuhan. Maka, falsafah ini dapat diartikan bersatunya hamba dengan Tuhannya.
Ajaran ini menjelaskan bahwa relasi antara hamba dan Tuhan lebih dari lahiriah, tapi begitu dalam di mana seseorang dapat merasakan keberadaan Tuhan dalam dirinya.
Konsep ajaran ini cukup berpengaruh terhadap cara berpikir, merespons situasi, dan kegiatan berkehidupan. Hal ini mengajarkan untuk selalu menyadari kehadiran Tuhan. Lebih dari itu, ajaran ini juga menekankan untuk menjaga keseimbangan dengan memiliki sikap-sikap bijak. Dengan begitu, keharmonisan pun terjadi, mampu berbaik hati kepada diri sendiri, sesama hingga alam semesta.
2.Maksud dan cara terhubungnya
Dalam jurnal “Manunggaling Kawulo Gusti menurut Aliran Sapta Darma ditinjau dari Agama Islam” yang ditulis oleh Rika Purwandari, dkk (2022) dijelaskan juga makna dari filosofi ini yaitu pengakuan bahwa Sang Pencipta adalah sumber dari segala sesuatunya. Maka, segala yang berasal dari-Nya akan kembali kepada-Nya. Dengan demikian, persatuan yang dimaksudkan adalah seorang hamba telah menyadari dan bersedia menerima keesaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
Ketika sudah menyadari dan menerima, maka mudah untuk selalu terhubung. Kalau sudah terhubung dengan Tuhan, hidup terasa menyenangkan sebab penuh kesadaran dan disertai keikhlasan.
Bagaimana agar terhubung? Cobalah untuk bertindak yang ditujukan untuk Tuhan, maka bukan hanya karena kepentingan ego saja. Kemudian, ikhlaslah menerima ketetapan-Nya tanpa mengeluh dan berputus asa ketika ada yang dianggap kurang sesuai keinginan saat ini.
Dengan hati yang bersih dan penuh syukur, serta pasrah kepada Tuhan setiap kali telah optimal memperjuangkan sesuatu, seseorang akan lebih tenang menjalani kehidupan. Gak lagi terjebak dalam rasa khawatir berlebihan, pribadinya semakin bijaksana dalam menerima segala sesuatunya.
3.Relevansi Manunggaling Kawula Gusti dalam kehidupan modern
Di tengah dinamika kehidupan modern yang cepat dan terkadang mengalami tekanan, ajaran Manunggaling Kawula Gusti masih punya sisi relevansi. Konsep ini gak hanya terkait spiritual, tapi juga bisa dijadikan pedoman menjalani beragam aspek kehidupan, apalagi saat menghadapi tantangan.
Dalam hiruk pikuk dunia sekarang, banyak orang mulai kehilangan arah tujuan. Manunggaling Kawula Gusti bisa diterapkan sebagai penerang untuk kembali menemukan jalan. Diiringi rasa tenang yang perlahan membawamu pada gerbang tujuan.
Penerapannya dalam keseharian bisa kamu lakukan dengan beberapa cara. Pertama, ikhlaskan menerima setiap kejadian yang telah berlalu dengan mengambil pelajaran baiknya. Jalani hari dengan seimbang, ada waktunya berkegiatan meraih impian, ada waktunya beristirahat dan memperkuat koneksi dengan Tuhan melalui banyak cara seperti berdoa, meditasi, maupun refleksi diri. Terakhir, mulailah mengelola egomu, jangan terjebak dalam ambisi secara berlebihan, tetap bersyukur atas apa yang ada dengan berusaha meningkatkannya.
Konsep ini juga perlu diterapkan dalam kehidupan sosial supaya mampu membangun lingkungan yang positif. Bersikaplah bijaksana, jujur, berempati dan adil. Hindari konflik yang menguras energi dan waktu, tidak perlu menghakimi mereka yang berbeda pandangan denganmu, saling menghormati dan mendukung kebaikan saja. Jalin interaksi sosial dengan niat tulus dan kasih sayang kepada sesama tanpa pilih kasih.
Ajaran falsafah Jawa Manunggaling Kawula Gusti mengandung makna yang dalam tentang persatuan antara manusia dengan Tuhannya. Penerapan ajaran ini membuat seseorang mampu menjaga harmoni dalam diri dan kehidupannya, punya relasi sosial bermakna, dan selalu penuh syukur. Ingin merasakan ketenangan sejati di setiap hari? Coba jalankan falsafah Manunggaling Kawula Gusti.