Pempek yang dijual Aufa di Jerman. (Dok. UNY)
Aufa mengaku, ia senang berwirausaha sejak SMA. Berbagai usaha digelutinya, mulai dari bisnis busana muslim hingga kuliner. Bahkan, dia sempat terpilih mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) saat semester 4 di kampusnya.
“Saat kuliah, karena ingin belajar hidup mandiri saya menjalankan bisnis online. Masih serabutan dan bisa dibilang menjual apa saja,“ katanya.
Jiwa wirausahanya terus melekat ketika dirinya berada ke Jerman. Berawal dari kerinduannya terhadap makanan Indonesia, ia pun memesan pempek dari Tanah Air.
“Awalnya saya berpikir hanya ingin memesan 3-5 paket pempek. Namun jika dipikir kembali, akan lebih berat di ongkos kirim ke Jerman jika saya hanya mengirim dalam jumlah yang sedikit,” terangnya.
Ia pun memutuskan menjadi reseller dan memesan 20 paket yang terdiri dari pempek dan otak-otak ikan tenggiri pada order pertama. Barang dikirim dengan memanfaatkan jasa titip bagasi pada orang Indonesia yang hendak berangkat ke Jerman.
Tak disangka, dagangan Aufa langsung ludes tak sampai satu minggu. Melihat antusiasme yang tinggi terhadap pempek, dia pun melanjutkan bisnis iseng-iseng ini.
Pembelinya tak hanya perantau dari Indonesia, tetapi hingga orang Austria. Bahkan, pembeli dari Austria ini rela merogoh kocek untuk membayar ongkos kirim dari Jerman ke Austria. Menurut Aufa, sang pelanggan pernah ke Indonesia dan sangat menyukai kuliner Indonesia, termasuk pempek.