Bibit pohon mangrove yang ditaman di Laguna Pantai Samas, Srigading, Sanden, Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)
Tekat bulat dari Sancoko dan pemuda dari Padukuhan Tegalrejo ini juga mendapatkan perhatian dari lembaga swadaya masyarakat, kampus-kampus di Yogyakarta, BUMN, hingga pemerintah pusat. Mereka urun rembug hingga dana agar bibit mangrove yang ditanam bisa tumbuh besar.
"Ya akhirnya sebelum menanam bibit mangrove kita membuat pagar agar sampah tidak menerjang bibit mangrove yang baru kita tanam," ungkapnya.
Hasilnya tanaman bibit mangrove yang ditanam saat ini bisa tumbuh dengan baik dan tidak mati akibat terjangan sampah saat sungai Opak dan Winongo Kecil banjir.
"Kita juga melakukan giliran piket setiap harinya untuk memastikan bibit mangrove yang ditanam tidak diterjang sampah. Kan kadang jaring yang kita pasang untuk antisipasi sampah masuk jebol," ungkapnya.
Usaha yang dilakukannya dengan menanam bibit pohon mangrove yang kini sudah tumbuh setinggi dua meter bahkan sudah ada yang hampir tujuh meter sudah dirasakan dampaknya oleh warga. Abrasi yang menyebabkan lahan persawahan hilang saat ini tak lagi terjadi. Demikian pula ekosistem di kawasan Laguna Pantai Samas kembali hidup.
"Petani saat ini tak lagi ketakutan tanaman yang ditanam mati akibat terjangan angin yang membawa kadar garam hingga banyak pemancing yang berburu ikan di Laguna Pantai Samas hingga dijadikan kawasan wisata edukasi," ungkap pria yang sehari-hari berprofesi sebagai petani ini.