Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan Labuhan

Kamu juga bisa ikut menyaksikan

DI Yogyakarta dikenal sebagai daerah yang kental akan budaya dan agama. Adanya Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai salah satu kerajaan yang masih berdiri di Indonesia turut memengaruhi kelestarian kesenian dan tradisi.

Dalam satu tahun, ada beragam upacara adat yang diselenggarakan oleh Keraton. Termasuk pada awal bulan Suro yang merupakan waktu diadakannya Siraman Pusaka dan Labuhan. Penasaran dengan kedua upacara adat tersebut? Berikut rangkumannya.

1. Merupakan warisan Panembahan Senopati

Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan LabuhanProses penyiraman pusaka dengan air dari 9 sumber mata air. IDN Times/Moch Fad

Keraton Yogyakarta memiliki tradisi unik yang disebut Siraman Pusaka atau Jamasan Pusaka, yaitu memandikan benda-benda pusaka yang dianggap memiliki kesaktian dan kesakralan. Tradisi ini dilakukan dengan sangat hati-hati dalam memegang pusakanya.

Selain Siraman Pusaka yang merupakan warisan Panembahan Senopati, ada pula ritual Labuhan masih lestari. Labuhan dilakukan dengan melarungkan sesaji ke sungai atau laut untuk roh halus, khususnya Kanjeng Ratu Kidul. Melansir laman Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta, ritual satu ini ditujukan agar tercipta keselamatan Sri Sultan, keluarga Keraton, dan rakyat Yogyakarta.

2. Macam-macam pusaka yang dimandikan

Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan LabuhanKereta Kanjeng Nyai Jimat yang akan dijamas (kratonjogja.id)

Pusaka yang dimandikan pada Siraman Pusaka adalah semua pusaka yang ada di Keraton Yogyakarta. Pusaka tersebut dipercaya mempunyai roh dengan kesaktian tertentu, jika menggunakannya akan mengubah keagungan bagi para pemakainya.

Setidaknya, ada 200 pusaka yang diikutsertakan dalam Siraman Pusaka. Mulai dari kereta, keris, gamelan, ampilan, hingga panji-panji. Setiap pusaka memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda. Pusaka sakti juga memiliki nama tersendiri yang unik dan mistis.

Ketika memandikan pusaka sakti tersebut, perlakuannya pun tidak boleh sembarangan. Sikap penuh penghormatan dan khidmat dalam melakukan tradisi tersebut.

Baca Juga: 7 Fakta Tumpeng Hidangan Khas Nusantara, Lekat dengan Tradisi Jawa 

3. Siraman Pusaka yang dibuka untuk umum

Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan Labuhanupacara Siraman Pusaka oleh Abdi Dalem Keraton Yogyakarta (kratonjogja.id)

Menurut BPAD Provinsi DI Yogyakarta, biasanya Keraton Yogyakarta mengadakan Siraman Pusaka secara tertutup yang berlangsung di lingkungan keraton dan hanya boleh dihadiri oleh Abdi Dalem dan pejabat. Namun, ada pula Siraman Pusaka yang dapat diikuti oleh masyarakat di luar keraton yaitu ketika memandikan 9 kereta kencana yang berada di Rotowijayan.

Ada pusaka yang khusus dimandikan oleh Sri Sultan sendiri yang merupakan keagungan dalem yang dianggap memiliki strata paling tinggi. Pusaka tersebut adalah Kanjeng Kyai Ageng, bahkan ada juga pusaka yang bernama Kanjeng Nyai dan Kanjeng Kyai.

4. Labuhan berawal dari perjanjian Panembahan Senopati dan Kanjeng Ratu Kidul

Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan Labuhanilustrasi upacara labuhan (instagram.com/alexander_dendy)

Sementara itu, pelaksanaan Labuhan atau disebut juga Sedekah Laut biasa berlangsung di lepas pantai. Istilah "labuhan" sendiri berasal dari kata "labuh" atau "larung" yang berarti melarungkan atau membuang sesuatu ke dalam air, baik di sungai maupun laut.

Melansir situs Dinas Kebudayaan DI Yogyakarta, lahirnya ritual Labuhan adalah ketika Panembahan Senopati meminta dukungan untuk kedudukannya kepada Kanjeng Ratu Kidul, roh halus yang dipercaya memegang posisi sebagai penguasa Laut Selatan.

Kanjeng Ratu Kidul menyanggupi permintaan Panembahan Senopati dengan suatu syarat yang kemudian dikenal dengan upacara Labuhan. Pada pemerintahan Kerajaan Mataram, ritual ini pun diteruskan. Sebab Kanjeng Ratu Kidul yang dipercaya hidup sepanjang masa, akan mengirim bencana jika tidak diadakan Labuhan.

5. Masyarakat dapat ikut memeriahkan Labuhan

Unik, Ini 5 Fakta Upacara Adat Siraman Pusaka dan LabuhanIlustrasi ritual di pantai selatan Bantul.(IDN Times/Daruwaskita)

Upacara Labuhan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk ikut menyaksikan. Wisatawan asing dan lokal pun sering menjadikan ritual Labuhan menjadi tujuan kunjungannya saat tengah berlibur di Yogyakarta.

Upacara adat siraman pusaka dan labuhan menjadi warisan leluhur yang terus dilestarikan oleh masyarakat Yogyakarta. Menjadi upaya dalam merawat aset budaya untuk mempertahankan keunikan bangsa Indonesia.

Baca Juga: 4 Upacara Adat di Yogyakarta Ini Sayang Dilewatkan saat Liburan

Topik:

  • Langgeng Irma Salugiasih

Berita Terkini Lainnya