Kenapa Serial Netflix Arcane Kurang Hype di Indonesia? Ini 7 Alasannya

- Popularitas Game: Arcane kurang diminati di Indonesia karena popularitas League of Legends yang kalah dibandingkan dengan Mobile Legends, sehingga basis audiens potensial lebih terbatas.
- Minimnya Promosi: Netflix tidak memasarkan Arcane secara agresif di Indonesia, membuat serial ini kurang dikenal oleh khalayak umum dan sulit menjangkau penonton baru.
- Tema dan Visual: Cerita kompleks dan tema dewasa Arcane kurang sesuai dengan selera penonton Indonesia, sementara visual yang unik dirasa asing bagi penonton lokal.
Arcane adalah serial animasi dari Netflix yang merupakan adaptasi dari semesta League of Legends, sebuah game populer besutan Riot Games. Serial ini digarap oleh Fortiche Productions, yang dikenal karena gaya animasi uniknya yang memadukan teknik 2D dan 3D. Arcane pertama kali dirilis pada tahun 2021, dan season keduanya dirilis pada tahun 2024. Serial ini mendapat pujian luas secara global berkat visual yang memukau, cerita yang kompleks, dan character development yang sangat baik.
Namun, antusiasme penonton lokal untuk menyaksikan serial ini tampaknya tidak terlalu baik. Kenapa serial Arcane kurang hype di Indonesia? Beberapa hal di bawah ini bisa menjadi alasannya.
1. Popularitas game League of Legends yang kurang di Indonesia

League of Legends (LoL) kalah populer dibandingkan gim MOBA lain seperti Mobile Legends di Indonesia. Sebagai adaptasi dari LoL, Arcane lebih menarik bagi penggemar setia game ini, yang jumlahnya relatif kecil di Indonesia.
Minimnya pemain LoL membatasi basis audiens potensial untuk Arcane dibandingkan kompetitor seperti Mobile Legends, yang memiliki komunitas pemain jauh lebih besar. Selain itu, versi mobile-nya, League of Legends: Wild Rift, juga kurang diminati di Indonesia karena mekaniknya yang dianggap lebih kompleks dibanding game MOBA lainnya.
2. Minimnya promosi
Netflix tidak memasarkan Arcane secara agresif di Indonesia, membuat serial ini kurang dikenal oleh khalayak umum. Rendahnya promosi, terutama di platform lokal, menjadi hambatan besar dalam menjangkau penonton baru. Padahal, promosi yang efektif sering menjadi kunci kesuksesan sebuah serial atau film animasi di pasar global maupun lokal.
3. Target audiens yang spesifik

Arcane memiliki cerita yang kompleks, bernuansa gelap, dan bertemakan dewasa yang lebih cocok untuk audiens tertentu. Sebaliknya, penonton Indonesia cenderung lebih menyukai tontonan ringan seperti komedi atau drama keluarga. Kompleksitas cerita Arcane juga membuatnya sulit diterima oleh penonton kasual yang tidak terbiasa dengan gaya cerita seperti itu.
4. Persaingan dengan series animasi lain

Saat Arcane dirilis, Netflix juga menghadirkan berbagai konten populer lainnya yang lebih sesuai dengan selera audiens Indonesia, seperti serial Korea atau film Hollywood blockbuster. Dominasi konten-konten tersebut membuat Arcane kalah bersaing dalam mendapatkan perhatian penonton lokal. Selain itu, hype anime seperti Dandadan saat ini semakin menutup potensi Arcane untuk menonjol di pasar Indonesia.
5. Gaya animasi yang tidak familiar

Visual Arcane, yang memadukan animasi 2D dan 3D dengan estetika unik, mungkin terasa asing bagi penonton Indonesia. Kebanyakan penonton lokal lebih terbiasa dengan animasi Jepang (anime) atau animasi Hollywood tradisional. Hal ini membuat gaya visual Arcane kurang langsung menarik perhatian penonton di Indonesia, meskipun kualitas animasinya sangat tinggi.
6. Ketergantungan pada lore gim yang original
Walaupun dirancang agar dapat dinikmati oleh penonton baru, Arcane tetap mengandung banyak referensi dari lore semesta League of Legends. Penonton yang tidak mengenal latar belakang gim ini mungkin merasa kesulitan memahami beberapa aspek cerita, sehingga mengurangi pengalaman menonton. Sebagai tambahan, karakter dalam gim LoL memiliki kisah latar belakang masing-masing yang membutuhkan waktu untuk dipahami sepenuhnya, yang bisa menjadi hambatan bagi penonton awam.
7. Adanya agenda woke yang kurang relevan

Beberapa elemen cerita dan karakter di Arcane dianggap membawa agenda woke atau isu sosial tertentu yang kurang relevan bagi penonton Indonesia. Sebagai contoh, beberapa adegan yang mengangkat hubungan atau tema seksual yang dianggap "menyimpang" mungkin kurang dapat diterima oleh mayoritas penonton lokal. Hal ini membuat sebagian penonton merasa sulit terhubung dengan tema yang diangkat, sehingga mengurangi daya tarik serial ini di pasar lokal.
Meskipun Arcane adalah serial animasi dengan kualitas luar biasa yang diakui secara global, berbagai faktor membuatnya kurang mendapatkan perhatian di Indonesia. Mulai dari popularitas gim League of Legends yang terbatas, minimnya promosi lokal, hingga preferensi audiens Indonesia yang berbeda, semua berkontribusi pada kurangnya hype serial ini. Namun, dengan semakin banyaknya penonton yang mulai menghargai animasi berkualitas tinggi dan cerita yang kompleks, ada peluang bagi Arcane untuk meraih lebih banyak penggemar di season yang baru, terutama jika ada upaya promosi besar besaran dan edukasi yang lebih baik tentang keunggulan serial ini.