Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kebiasaan Si Perfeksionis yang Merusak Diri Sendiri
ilustrasi wanita (pexels.com/cottonbro studio)

Intinya sih...

  • Perfeksionis merasa harus mencapai sesuatu dulu baru bisa "layak"

  • Langsung ciut saat dihadapkan dengan feedback dan kritik

  • Tidak bisa berdamai dengan kegagalan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Perfeksionis adalah istilah yang umum digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang memiliki standar tinggi. Ia rela melakukan, bahkan menunda untuk melakukan segala sesuatu demi mencapai kesempurnaan. Tidak heran, orang perfeksionis cenderung lebih mudah untuk merasa tertekan.

Kamu hanya fokus pada hasil alih-alih proses yang terjadi. Bukan berarti salah untuk punya standar dan target yang tinggi, tapi bila target itu mengendalikan perasaan dan suasana hati sampai kamu sulit untuk bekerja, maka itu bisa jadi masalah serius. Berikut lima kebiasaan perfeksionis yang malah bisa merusak diri sendiri, hati-hati!

1. Merasa harus mencapai sesuatu dulu baru bisa “layak”

ilustrasi wanita (pexels.com/Mike Jones)

Sebenarnya, orang perfeksionis adalah orang yang punya rasa tidak aman yang tinggi. Ia berpikir bahwa keberhargaan dirinya bergantung pada apa yang ia capai: keberhasilan, pencapaian, atau hasil pekerjaan yang sempurna tanpa cacat cela. Inilah mengapa, orang perfeksionis cenderung menetapkan standar yang tinggi, bahkan seringkali tidak masuk akal, pada diri sendiri.

Ia berpikir, bahwa hanya dengan mencapai sesuatu-lah ia baru bisa diterima dan dihargai orang lain. Tentu pemikiran ini adalah pemikiran yang salah besar. Saat berhasil, kamu tidak akan pernah puas. Saat gagal, kamu akan menyalahkan diri sendiri habis-habisan. Padahal, hidup adalah tentang belajar: fase berhasil dan gagal adalah lumrah.

2. Langsung ciut saat dihadapkan dengan feedback dan kritik

ilustrasi wanita (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Karena merasa haus akan pembuktian diri, orang perfeksionis cenderung antikritik. Saat diberi masukan atau feedback tentang hasil kerjanya, ia langsung ciut dan merasa paling gagal. Pola pikir seperti inilah yang membuat sulit maju.

Secara tidak langsung, kamu sudah menyabotase dirimu sendiri. Lumrah merasa sedih menerima kritik, tapi bila perasaan sedih itu berlarut-larut sampai membuatmu stagnan di tempat, itu yang bahaya.

3. Tidak bisa berdamai dengan kegagalan

ilustrasi wanita (pexels.com/Darina Belonogova)

Selain tidak bisa menerima hasil yang sesuai standarnya, seorang perfeksionis juga sulit berdamai dengan kegagalan. Ia punya pola pikir bahwa sekali gagal, maka selamanya akan terus gagal. Itulah yang membuatnya sulit move on dari kesalahan masa lalu.

Padahal, tanpa kesalahan, kita tidak akan pernah belajar. Mustahil untuk terus berproses tanpa mengalami tantangan. Jadi, jangan terlalu keras pada diri sendiri, ya. Jadikan kesalahan sebagai bahan pembelajaran, bukannya luka dan trauma.

4. Terlalu fokus pada diri sendiri

ilustrasi perempuan bekerja (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Sah-sah saja kalau fokus pada pertumbuhan dan progres diri sendiri. Tapi, bukan berarti kamu jadi pribadi yang self-centered. Kalau begitu, kamu akan berpikir semua hal menyangkut dirimu.

Dunia ini lebih luas dari bayanganmu, dan hidup tidak melulu tentangmu. Coba perluas pandangan dan upgrade kapasitas hati. Dengan demikian, kamu pun akan bertumbuh jadi lebih dewasa.

Jangan sampai terjebak dengan empat kebiasaan buruk di atas. Punya standar yang tinggi boleh, tapi jangan jadikan itu patokan untuk bersikap.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team