ilustrasi teman sebaya (Unsplash/Brooke Cagle)
Tidak semua mahasiswa langsung mencari bantuan profesional ketika mengalami burnout. Oleh karena itu, dukungan dari teman sebaya menjadi elemen penting dalam pencegahan. “Teman sebaya punya peran besar. Sapaan sederhana seperti ‘kamu baik-baik saja?’ atau ‘mau cerita enggak?’ bisa berdampak besar dalam mencegah burnout. Peer support sering kali menjadi jangkar emosional utama bagi anak muda,” ujarnya.
Dengan menjadi pendengar yang baik dan memberi ruang aman untuk berbicara, teman-teman sebaya bisa menjadi pelindung pertama dari kelelahan mental yang semakin marak di kalangan mahasiswa.
Burnout bukan hal memalukan ataupun bentuk kelemahan. Justru, ini merupakan sinyal bahwa seseorang sedang memerlukan dukungan emosional dari orang-orang di sekitarnya. Karena itu, penting bagi komunitas kampus dan tempat kerja membangun budaya saling peduli.
“Fenomena burnout memang sulit dihindari di tengah kompleksitas kehidupan saat ini. Namun dengan membangun komunikasi yang suportif, kita bisa membantu sesama tumbuh lebih sehat tanpa harus terperangkap dalam kelelahan mental yang membahayakan,” pungkas Sovia.