Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pejuang Emansipasi dari Yogyakarta

Dirinya merupakan tokoh penggerak pendidikan perempuan

Nyai Ahmad Dahlan adalah istri dari Pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Ia adalah salah satu pahlawan nasional yang memperjuangkan pendidikan perempuan. Yuk, ketahui lebih jauh tentang sosok pahlawan perempuan asal Yogyakarta ini.

Baca Juga: 3 Pesan Haedar Nashir saat Milad Muhammadiyah ke-109

1. Awal kehidupan Nyai Ahmad Dahlan

Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pejuang Emansipasi dari YogyakartaMasjid Gedhe Kauman. Dok: simas.kemenag.go.id

Nyai Ahmad Dahlan memiliki nama asli yaitu Siti Walidah. Ia lahir di Kauman Yogyakarta, 3 Januari 1872.

Siti Walidah merupakan anak keempat dari KH Muhammad Fadhil, seorang ulama dan anggota dari kesultanan Yogyakarta. Dirinya menghabiskan masa kecil tumbuh di lingkungan keraton.

Nyai Ahmad Dahlan bersekolah di rumah, dirinya mempelajari berbagai hal tentang Islam, baik itu membaca Al-Quran, belajar bahasa Arab dan membaca Al-Quran dalam naskah Jawi. Sejak kecil, ia dikenal berani dan pandai berbicara, sehingga menonjol di antara teman-temannya.

Siti Walidah dijodohkan dan menikah dengan sepupunya sendiri yaitu Muhammad Darwis, nama kecil Ahmad Dahlan. Setelah menikah, Nyai Ahmad Dahlan mengikuti perjalanan suaminya dalam mengembangkan Muhammadiyah. Namun, gara-gara pandangan agama islam Ahmad Dahlan saat itu dianggap radikal oleh kelompok lain, maka pasangan ini kerap kali menerima ancaman pembunuhan dari kaum konservatif.

2. Mendirikan Sopo Tresno dan Aisyiyah

Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pejuang Emansipasi dari YogyakartaOrganisasi Aisyiyah (aisyiyah.or.id)

Nyai Ahmad Dahlan dan suaminya mendirikan Sopo Tresno pada tahun 1914. Ia dan suaminya bergantian memimpin kelompok itu. Adapun tugas pasangan ini dalam kelompok ini adalah membaca Al-Quran dan mendiskusikan maknanya. Pasangan ini memperlambat kristenisasi di Jawa dengan adanya sekolah yang disponsori oleh pemerintah kolonial dengan cara mengajarkan membaca dan menulis melalui pengajian Sopo Tresno.

Nyai Ahmad Dahlan bersama dengan suaminya membahas tentang peresmian Sopo Tresno sebagai organisasi perempuan. Nama organisasi ini pun berubah menjadi Aisyiyah, yang terinspirasi dari nama istri nabi Muhammad yaitu Aisyah.

Selanjutnya kelompok ini diresmikan pada tanggal 22 April 1917 dengan Nyai Ahmad Dahlan sebagai pemimpinnya, sebagai bagian dari Muhammadiyah.

Melalui Aisyiyah, istri Ahmad Dahlan ini mendirikan sekolah-sekolah putri beserta asramanya. Dia berkhotbah tentang kawin paksa. Dia juga berkunjung ke cabang di seluruh pulau Jawa. Sekolah Aisyiyah sendiri tetap dipengaruhi oleh ideologi pendidikan dari Ahmad Dahlan yaitu Catur Pusat.

3. Meneruskan perjuangan sang suami

Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pejuang Emansipasi dari YogyakartaNyai Ahmad Dahlan (aisyiyah.or.id)

Setelah sang suami meninggal pada tahun 1923, Nyai Ahmad Dahlan tetap aktif di organisasi yang dibuat bersama suaminya. Kemudian di tahun 1926 ia memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya. Nyai Ahmad Dahlan menjadi wanita pertama yang memimpin konferensi tersebut. Hasilnya, banyak perempuan terpengaruh untuk bergabung dalam Aisyiyah, dan cabang-cabang lainnya dibuka di seluruh pulau di Nusantara.

Sampai tahun 1934, Nyai Ahmad Dahlan terus memimpin Aisyiyah. Sebenarnya selama masa kependudukan Jepang organisasi ini dilarang oleh Militer Jepang di Jawa dan Madura. Kemudian Nyai Ahmad Dahlan bekerja di sekolah-sekolah dan menjaga siswanya dari paksaan menyembah matahari dan menyanyikan lagu Jepang.

4. Dianugerahi gelar pahlawan nasional

Biografi Nyai Ahmad Dahlan, Pejuang Emansipasi dari YogyakartaNyai Ahmad Dahlan (pahlawancenter.com)

Nyai Ahmad Dahlan wafat pada tanggal 31 Mei 1946 di Yogyakarta, dirinya disemayamkan di Masjid Kauman Yogyakarta. Pemakamannya turut dihadiri Sekretaris Negara bersama Menteri Agama mewakili pemerintah.

Kemudian pada tanggal 10 November 1971, Nyai Ahmad Dahlan dinobatkan presiden Soeharto sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan Surat keputusan Presiden.

Baca Juga: Profil KH Ahmad Dahlan, Sang Pendiri Muhammadiyah

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya