Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Fraidé Rilis Mini Album Reflection, Ceritakan Fase Kehidupan

Grup band Fraidé. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Intinya sih...
  • Fraidé merilis mini album ‘Reflection’ sebagai karya perkenalan dengan alasan ingin pendengar masuk ke dalam ruang pemikiran dan batin mereka.
  • Setiap lagu dalam EP ini memiliki kedalaman pesan yang lahir dari pengalaman nyata dan fase-fase kehidupan yang bisa dirasakan oleh siapa saja.

Yogyakarta, IDN Times – Grup band pendatang baru dari Jigja, Fraidé merilis mini album atau extended play (EP) berjudul ‘Reflection’, di Teras Kemala, Jumat (18/7/2025) malam. Empat lagu yang ada di EP ini, merupakan storyline utuh sebuah perjalanan emosional sekaligus cerminan perjalanan batin, pencarian jati diri, dan proses pendewasaan yang dialami para personel Fraidé, yaitu Gie Seddon (vokal), Gilang Hermani (gitar), Kade Agus (bass), dan Nano Rasendria (drum) selama bertahun-tahun.

"Merilisnya secara bersamaan memungkinkan pendengar menikmati keseluruhan cerita. Ada pengalaman yang ingin saya sampaikan secara penuh mulai dari refleksi, pertanyaan, pencarian, hingga kesadaran. Jika dipisah-pisah, rasa dan makna dari keseluruhan cerita itu bisa terpotong," papar Gie.

1. Angkat cerita secara utuh melalui mini album

Grup band Fraidé. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Fraidé punya alasan kuat merilis karya dengan format EP sebagai karya perkenalan. “Dengan merilis EP ini secara utuh, kami berharap pendengar bisa masuk lebih dalam ke dalam ruang pemikiran dan batin kami, mengikuti alur kisahnya, dan mungkin menemukan bagian dari diri mereka sendiri di dalamnya,” ungkap Gie.

Sementara Fraidé yang mengemas lirik berbahasa Inggris mengaku bukan serta-merta mengesampingkan Bahasa Indonesia, tapi sejak awal punya visi agar karya mereka nantinya tidak melulu bisa dinikmati pendengar dalam negeri saja.

Lirik empat lagu dalam EP tersebut awalnya dibuat oleh James Seddon, pasangan dari Gie Seddon. Setelah itu Gie mulai menyesuaikan lirik agar lebih pas dengan aransemennya. Proses kreatif keduanya berkembang secara natural dalam Bahasa Inggris tanpa mengurangi makna maupun kedalaman cerita dari lagu pertama hingga terakhir.

"Jadi memang Bahasa Inggris kami pilih sebagai jembatan untuk memperluas cakupan pesan dan emosi yang ingin Fraidé sampaikan. Bagi kami bahasa hanyalah medium, yang terpenting adalah rasa yang tersampaikan," kata Gie.

2. Kedalaman pesan setiap lagu

Grup band Fraidé. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Yang membedakan Fraidé bukan hanya dari genre atau aransemen musiknya, juga cara mengemas lagu dan pesan yang ingin disampaikan. "Yang paling kami unggulkan adalah kedalaman pesan dalam setiap lagu. Lirik-lirik kami memang lahir dari pengalaman nyata dan fase-fase kehidupan yang kami rasa pernah atau akan dialami oleh siapa saja. Kami ingin setiap orang yang mendengarkan lagu Fraidé bisa merasa, Oh, Ini tentang saya,” jelas Gie.

Single utama mini album Fraidė berjudul 'Reflection', terlahir dari momen refleksi mendalam Gie Seddon setelah ia menjalani perjalanan solo ke negeri orang. Perjalanan tersebut menjadi titik balik sebuah ruang sunyi yang justru penuh suara-suara dalam dirinya sendiri. Di sanalah muncul kesadaran bahwa musik bukan hanya sekadar pilihan, melainkan bagian dari hidup yang tak bisa ditinggalkan.

"Lagu 'Reflection' adalah simbol dari kesempatan kedua untuk saya dan teman-teman kembali bermusik, untuk mendengarkan kata hati, dan untuk memulai lagi dari titik yang lebih jujur," ujar Gie.

Setelah 'Reflection', lagu kedua adalah 'Y&G' (Yellow and Green). Lagu dengan suasana sendu ini mengingatkan saat berada di titik bimbang, tapi harus tetap berjalan. Masuk lagu ketiga, 'Déjà Vu', pesan dalam liriknya makin personal, mengenai cinta pada diri sendiri, tentang bagaimana ternyata versi terbaik dari dirimu itu sebenarnya sudah ada sedari dulu dan selalu terasa familier.

Lagu terakhir, 'Is Love', menyimpan satu pesan utama: cinta yang selama ini mengelilingi kita mungkin tidak terlihat atau tak dihargai akan tampak jelas ketika kita kembali terhubung dengan diri sendiri. “Ini adalah perayaan penerimaan diri dan melimpahnya cinta dalam hidup,” ujar Gie.

3. Keterhubungan emosional

Grup band Fraidé. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Bagi Fraidé, musik bukan hanya soal nada, tapi tentang bagaimana bisa menyentuh, menemani, dan menjadi cermin bagi perjalanan hidup seseorang.

"Itulah yang ingin kami 'jual', tentang keterhubungan emosional. Dan kami percaya, ketika sebuah lagu terasa relate, maka ia akan tinggal lebih lama di hati pendengarnya," kata Gilang Hermani.

Proses rekaman empat lagu tersebut dilakukan di dua studio sekaligus. Perekaman instrumen drum dan satu lagu untuk vokal diabadikan di Abel Studio. Kemudian vokal untuk tiga lagu lainnya direkam di Neverland Studio sekaligus bass dan gitarnya. Proses akhir mixing dan mastering dikerjakan oleh Bayu Randu.

EP 'Reflection' rilis pada Jumat 18 Juli 2025 di gerai musik digital seperti Spotify, Apple Music, Deezer, dan lain-lain. Sedangkan untuk format audio visualnya berupa video lirik empat lagu akan mengudara melalui kanal YouTube Fraidé.

Usai merilis EP 'Reflection', Fraidé sudah mempunyai banyak rencana perihal karya. Fraidė akan menyiapkan beberapa konten video live perform, hingga mulai mematangkan materi-materi baru untuk album penuh tahun depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febriana Sintasari
EditorFebriana Sintasari
Follow Us