Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Eddie Cahyono, salah satu founder Fourcolours Films saat ditemui pada Senin (23/12) - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Film Kucumbu Tubuh Indahku berhasil membawa pulang sederet penghargaan di ajang bergengsi Festival Film Indonesia (FFI) 2019. Film ini ternyata diproduksi oleh rumah produksi asal Yogyakarta bernama Fourcolours Films. IDN Times berkesempatan untuk datang ke rumah produksi yang berada di kawasan Kotagede ini dan mewawancarai Eddie Cahyono, salah satu founder Fourcolours Film pada Senin (24/12).

1. Nama Fourcolours diambil dari judul film yang tidak jadi dibuat

Beberapa peralatan editing di Fourcolours Films - IDN Times/Rijalu Ahimsa

Berawal dari sekumpulan mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI), Eddie Cahyono, Ifa Isfansyah, Narina Saraswati, dan Tomy Taslim, yang membentuk sebuah komunitas sebagai tempat berdiskusi tentang film.

Pada awalnya Fourcolours adalah judul naskah sebuah film, namun karena masih banyak keterbatasan pada saat itu, film tersebut tidak pernah jadi diproduksi. Film Fourcolours sendiri pada awalnya direncanakan untuk dijadikan empat buah cerita dalam format film pendek yang saling menyambung. Karena filmnya tidak jadi dibuat, maka Fourcolours diabadikan menjadi nama rumah produksi dengan harapan Fourcolours Films bisa berhasil memproduksi film. 

Fourcolours Films terbentuk pada tahun 2000. Pada tahun 2001, Eddie membuat film pendek pertamanya untuk Fourcolours dengan judul Di Antara Masa Lalu dan Masa Sekarang. Film tersebut berhasil memenangkan film terbaik dan film favorit di Festival Film-Video Independen Indonesia yang pada saat itu merupakan satu-satunya festival film pendek di Indonesia.

Semenjak berhasil menyabet penghargaan tersebut, Fourcolours Films menjadi lebih bersemangat untuk kembali menelurkan karya-karya bagusnya seperti Air Mata Surga dan Mayar pada tahun 2002. Sampai pada akhirnya Garin Nugroho melihat bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak muda di Fourcolours Films. Apalagi dengan adanya Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) yang digagas oleh Garin sejak 2006 menjadikan para filmmaker Yogyakarta saling bekerja sama termasuk Fourcolours Films.

2. Prestasi dalam dan luar negeri berhasil diraih melalui karya-karya filmnya

Editorial Team

Tonton lebih seru di