ilustrasi berdoa (pexels.com/Thirdman)
Tidak seperti motif lainnya yang teratur dan polanya berulang, motif tambal justru terdiri dari berbagai motif batik. Polanya adalah gabungan dari unsur motif parang, truntum, ceplok, dan sebagainya yang dipisahkan oleh garis diagonal. Maka, tampilannya menyerupai kain yang ditambal.
Keberagaman motif dalam satu pola mencerminkan kehidupan manusia. Setiap unsur motif punya maknanya, dan ketika disusun menjadi satu, lalu disebut motif tambal, maka ini bermakna simbol harapan untuk mengalami perbaikan, keseimbangan, dan kebahagiaan.
Menurut Suwarna dalam bukunya Konsep Tuhan, Manusia, Mistik dalam Berbagai Kebatinan Jawa, simbol adalah bagian dari sistem kepercayaan dan religi yang membantu manusia terhubung dan merasakan kehadiran Tuhan dalam dirinya. Dalam konteks motif tambal bisa dilihat juga sebagai wujud perjalanan spiritual manusia untuk semakin dekat dengan Yang Maha Kuasa.
Hal tersebut berkaitan dengan ajaran Manunggaling Kawula Gusti, yaitu menyatunya manusia dengan Tuhannya. Ketika seseorang sakit dan menyelimuti tubuhnya menggunakan kain batik bermotif tambal, maka ini bagian dari usaha agar kembali sehat, bisa berkumpul dengan keluarga, saling membantu dan mendukung, serta beribadah kepada Sang Pencipta.
Keterkaitan makna dari kedua hal ini mengajarkan manusia untuk menerima dan memperbaiki keadaan untuk menikmati makna hidup yang lebih tinggi.
Keberagaman motif dalam satu kesatuan perlu dimaknai secara utuh, sehingga elemen estetikanya membuat seseorang mampu memperindah diri dan hidupnya. Seperti batik ini, untuk bisa nampak indah saat dipandang, ada proses pengerjaan bertahap. Maka, ketika seseorang ingin meraih tujuan lebih tinggi, lalui juga jalan-jalannya dengan gembira, berintrospeksi, serta terus memperbaiki diri.
Syukuri apa yang dimiliki, asah dan kembangkan potensi. Mulailah berani merajut mimpi, ketika ada rintangan di depan, tetaplah baik dalam berpengharapan. Kalau sudah usaha diiringi berdoa, ada saja nanti jalannya.