Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi ayam ingkung Nyadran (desatepus.gunungkidulkab.go.id/ayam ingkung nyadran)

Intinya sih...

  • Nyadran adalah tradisi budaya Jawa sebagai penghormatan kepada leluhur yang meninggal dunia, dilakukan menjelang Ramadan.
  • Tradisi ini melibatkan berbagai kegiatan spiritual dan sosial, seperti bersih-bersih makam, kirab peserta Nyadran, sambutan tokoh adat, dan makan bersama.
  • Ayam ingkung adalah hidangan simbolis dalam Nyadran yang melambangkan ketakwaan manusia kepada Tuhan, kesucian manusia, serta kebersamaan dan kerendahan hati dalam berbagi rezeki.

Nyadran merupakan tradisi budaya Jawa sebagai wujud penghormatan kepada leluhur yang telah meninggal dunia. Berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha” yang artinya keyakinan. Nyadran, rangkaian ritual yang mencerminkan rasa bersyukur dan menghargai para leluhur sehingga terdapat kegiatan doa bersama juga.

Salah satu elemen penting dari tradisi ini adalah sajian makanannya, dan di antaranya yaitu ayam ingkung yang memiliki makna tersendiri. Mari, telusuri filosofi ayam ingkung sebagai hidangan dalam tradisi Nyadran berikut ini.

1.Tradisi menjelang datangnya Ramadan

ilustrasi masyarakat sedang ziarah makam (desatepus.gunungkidulkab.go.id/Ziarah Makam Pada Bulan Ramadhan)

Nyadran dilakukan secara rutin oleh masyarakat di berbagai daerah Indonesia menjelang Ramadan. Tradisi ini banyak dijumpai pada masyarakat Jawa, termasuk Jogja. Masyarakat menghormati leluhur mereka yang telah tiada dengan berziarah ke makam-makam para tokoh, dan keluarga.

Meskipun esensinya sama, tetapi masih memungkinkan di beberapa daerah ada perbedaan tata cara pelaksanaan, perlengkapan yang digunakan, dan aspek keperluan lainnya dari tradisi ini.

2.Rangkaian kegiatan dalam pelaksanaannya

ilustrasi orang berdoa (pexels.com/Mehmet Turgut Kirkgoz)

Tradisi ini melibatkan beragam kegiatan yang sarat makna, baik spiritual hingga sosial. Kegiatannya meliputi bersih-bersih makam secara bersama, kirab peserta Nyadran yang berjalan ke tempat upacara.

Kemudian, ada sambutan dari tokoh adat yang menjelaskan tujuan dari dilangsungkannya acara ini, dan mengajak masyarakat berdoa bersama. Selanjutnya yang jadi puncak acara adalah kegiatan makan bersama.

3.Makna filosofis di balik hidangan ayam ingkung

ilustrasi ayam ingkung (pexels.com/Maksim Goncharenok)

Masyarakat juga telah menyiapkan berbagai perlengkapan acara yang disebut uborampe Nyadran. Tiap bahan-bahannya mengandung makna mendalam. Salah satu uborampe yang digunakan adalah ayam ingkung.

Dikutip dari jurnal “Tradisi Nyadran (Ruwahan) Semarak Menyambut Ramadan di Dusun Jalan dan Jonggrangan Desa Banaran Kapanewon Galur” yang ditulis oleh Aryanti dan Al Masjid (2023), ayam ingkung adalah olahan ayam utuh yang diikat menggunakan bilah bambu tipis, lalu dimasak menggunakan santan dan aneka rempah.

Lebih dari hidangan kendurian Nyadran, tapi juga memiliki makna mendalam yang berkaitan dengan ketakwaan manusia kepada Sang Pencipta. Ingkung melambangkan sikap seseorang yang sedang berdoa. Bentuknya yang masih utuh saat disajikan dengan posisi tersungkur menjadi simbol kepasrahan total manusia di hadapan Tuhan.

Selain itu, juga melambangkan kondisi manusia yang masih bersih seperti bayi saat lahir ke dunia, penuh kesucian. Hidangan ini menjadi pengingat manusia untuk berusaha menjaga hati dan perilakunya agar tak menyakiti diri maupun orang lain, serta tak lupa ketika bersalah untuk segera menyadari, mengakui, dan memohon ampun.

Ayam ingkung Nyadran disajikan pada saat kendurian. Menurut laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, setiap keluarga yang hadir dalam kenduri membawa makanannya sendiri dari rumah. Makanan berupa hidangan tradisional seperti ayam ingkung, sambal goreng ati, sayur, perkedel, tempe, dan sebagainya.

Saat acara dimulai, makanan diletakkan di depan untuk didoakan. Tujuannya agar makanan tersebut mendapat berkah, serta sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan. Setelah sesi doa, dilanjutkan dengan kegiatan tukar-menukar hidangan.

Prosesi ini juga bermakna sosial tinggi. Kegiatannya mencerminkan kebersamaan dalam kehangatan keluarga, berbagi rezeki sekaligus mempererat hubungan masyarakat.

Pelaksanaan tradisi Nyadran antara satu daerah dengan lainnya di Jawa mungkin berbeda, namun maknanya tetap sama. Sebagai bentuk ketundukan manusia kepada Tuhan, rasa syukur, serta sarana menghormati leluhur. Terdapat juga nilai kearifan lokalnya dalam menjaga keseimbangan dengan alam sekitar, dan mempererat relasi sosial masyarakat.

Salah satu simbolnya yaitu ayam ingkung menjadi pengingat bagi manusia untuk senantiasa baik budi dan rendah hati. Di tengah modernisasi, mari ikut menjaga tradisi ini.

Editorial Team