Yogyakarta, IDN Times – Sutradara muda Wahyu Agung Prasetyo menghadirkan film Singsot: Siulan Kematian yang berangkat dari cerita mitos masa lampau. Film bergenre horor ini juga lekat dengan pengalaman masa kecilnya yang tumbuh di Jawa.
Film Singsot ini berawal dari film pendek dengan judul yang sama, dan pertama kali tayang pada 2016, dan pernah meraih penghargaan Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2016.
Film Singsot Siulan Kematian, Angkat Mitos Kehidupan di Jawa

Intinya sih...
- Film Singsot: Siulan Kematian diangkat dari mitos masa lalu, menggambarkan pengalaman sutradara Wahyu Agung Prasetyo tumbuh di Jawa.
- Mengisahkan anak kecil yang gemar bersiul di malam hari, film ini ingin menekankan pada cerita rakyat atau mitos serta pesan yang disematkan oleh leluhur kita.
- Sutradara melibatkan artis kawakan seperti Siti Fauziah dan Landung Simatupang dalam film ini, yang juga tumbuh dengan budaya Jawa.
1.Lekat dengan kehidupan masa kecil sang sutradara
Agung menceritakan film ini bercerita tentang mitos bersiul, yang iarasakan saat tumbuh di Jawa. “Dulu, mitos ini begitu melekat dalam kehidupan saya, hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengangkat ke dalam film,” cerita Agung, seusai pemutaran perdana di Cinepolis Lippo Mall Jogja, Jumat (7/3/2025).
Agung mengatakan film ini mengisahkan seorang anak kecil yang gemar bersiul di malam hari, tetapi orang-orang di sekitarnya memperingatkan agar tidak melakukannya. “Dalam budaya kita, anggapan kita agar tidak berisik. Ternyata siul itu juga dapat menarik yang ternyata aura negatif. Film itu menceritakan tentang itu, ternyata ada peristiwa yang beriringan,” ungkapnya.
2.Kisahkan anak laki-laki yang suka bersiul di malam hari
Film Singsot mengisahkan seorang anak laki-laki bernama Ipung. Ia mendapat peringatan dari kakek dan neneknya untuk tidak bersiul di malam hari. Namun, Ipung mengabaikan hal itu dan tetap bersiul, hingga akhirnya tokoh yang diperankan Ardhana Jovin itu mendapat teror misterius.
Dalam film ini, Agung tidak hanya ingin mengangkat sisi horor, ia juga ingin menekankan pada cerita rakyat atau mitos. Sejumlah aturan yang dihargai sebagai buah pikir masa lalu. “Mitos ini berangkat dari cerita rakyat, kejadian sehari-hari. Tidak hanya sisi mistis, tapi ada pesan yang terkadang memang disematkan oleh leluhur kita. Seperti weweling atau pengingat agar tak bertindak gegabah,” kata Agung.
3.Libatkan sejumlah artis kawakan
Film Singsot juga melibatkan sejumlah artis kawakan seperti Siti Fauziah yang dikenal dari film pendek Tilik. Selain itu ada Landung Simatupang, sebagai kakek di film Singsot. Bagi Landung yang juga tumbuh dengan budaya Jawa, film ini sebagai nostalgia masa kecilnya.
Ia pun mengaku tak terlalu sulit memerankan kakek dalam film ini. Meski tidak menyepelekkan peran yang didapat, sastrawan asal Jogja ini mencoba menjaga pakem agar hasil film ini maksimal. Dirinya menilai mitos merupakan salah satu bagian dari dinamika kehidupan manusia.
“Dalam kehidupan ini kadang juga harus meyakni apa yang mungkin tak terlihat dan tidak bisa dinalar, tapi juga jangan terjebak terlalu dalam. Ambil sisi baiknya yang berisikan pesan tentang kehidupan,” kata Landung yang juga tokoh teater senior itu.